Sabtu, 07 Januari 2012

Memory Dipersimpangan


Bagai tersambar petir setelah mendengar kabar itu. Dadaku naik turun menahan sesak, tapi aku bingung harus bagaimana berekspresi. "Rabbi, jadi inikah maksud pesannya beberapa hari yang lalu?" tanyaku dalam hati. Masih dengan perasaan tak percaya, masih dengan tangis yang tanpa air mata, masih dengan perasaan yang campur aduk, kubuka kembali pesan yang ia kirim beberapa hari lalu dengan tangan yang bergetar.

Selisih satu pekan, tepat hari ini:
asslmkm. ukh, saya minta maaf,, saya baru merasakan betapa sakitnya anti.. jazakillah atas semua kebaikan anti.. mungkin ini sms saya terakhir kali ma anti.. semoga anti dapat jodoh yang terbaik buat anti.. saya nyesel telah menyakiti hati anti.. saya tahu anti sulit untuk memaafkan saya, tapi semoga Allah mengampuni dosa saya.. suatu saat anti akan tahu kenapa saya tidak jadi menikahi anti waktu dulu.. jangan membenci semua ikhwan karena cuma saya aja yang memang telah menyakiti hati anti, semoga Allah senantiasa merahmati anti..

Fragmen-fragmen memoar itu kembali tersusun utuh. Tentang pertemuan pertama kami, tentang interaksi kami, tentang kejahatanku kepadanya dan kejahatannya kepadaku, tentang kehidupannya, tentang rencana kami, tentang... ah, ya, tentang banyak hal yang tak mungkin kutuliskan satu-satu karena buku suratan takdirNya terlalu tebal untuk ditulis ulang sedetil mungkin. Namun, satu yang kuakui: aku benar-benar pernah mengharapkannya. Aku ingin menjadi pendamping hidupnya, menjalani sisa usia dalam satu bahtera bersamanya.

Kami pernah berkomitmen satu sama lain untuk melanjutkan hubungan ini, tapi entah sampai kapan sebenarnya. Aku tak pernah mendapat kejelasan. Dia masih berargumen bahwa dia tak tega meninggalkan kedua adiknya nanti. Ahya, orang tua mereka sudah meninggal. Jadi, dialah yang menjadi tulang punggung keluarga: kerja dan kuliah sekaligus. Namun, menikah? Kedua adiknya menyampaikan kekhawatirannya jika perhatian untuk mereka jadi tersisihkan karena aku telah menjadi istrinya. Maka, aku pun menunggu sosok itu. Ya, aku akan sabar menunggu sampai ia siap dan kedua adiknya pun merestui kami...

Dia dengan keshalihannya yang membimbingku untuk lebih baik. Ya, dia yang mendukung perbaikan dalam diriku sebagai seorang muslimah. Di tengah keluargaku yang agamanya beragam, aku kehilangan bimbingan dan dialah salah satu yang membantuku untuk menemukan Islam seutuhnya. Dia dengan kesabarannya yang membuatku malu pada akhirnya karena seringkali hanya menjadi marah sendiri. Ah, sungguh jahat diriku selalu memarahi sikap-sikapnya. Namun, dia pun dengan kejahatannya yang membuatku tak habis percaya: mengapa berproses dengan akhwat lain saat ia menggantungku?

Aku masih ingat nama ukhty itu adalah Wina. Ia cantik, mungkin lebih cantik daripada diriku di matanya. Setelah mengetahui double process itu, hatiku terasa hancur. Aku pernah melabrak si akhi dengan pernyataan kasar, tapi sungguhpun aku tak pernah melabrak Wina secara langsung. Aku bersilaturahim ke wall facebooknya untuk mengetahui apa kelebihannya sehingga si akhi berpaling dariku. Namun, tak kusangka satu pesan kembali kuterima dari pelaku double process: JAZAKILLAH, UKH, ANTI MEMBUAT UKHUWAH SAYA DENGAN UKH WINA JADI TERPUTUS.. SYUKRON KATSIRON

Aku tahu ada sesuatu di antara mereka berdua, tapi kenapa aku jadi kambing hitam di sana? Bahkan, aku tak pernah mengatakan apapun kepada Wina tentang proses kami berdua, apalagi memintanya memutuskan silaturahim. Aku hanya berani memarahi sang akhi, tapi tak mau melibatkan saudariku itu dalam pertengkaran kami. Tanpa sang akhi tahu bahkan aku telah belajar dan berusaha merelakan dia memilih Wina.

Setelah dia mengetahui ada salah paham di antara kami, bahwa ternyata Wina tahu tentang proses kami bukan dariku, ia pun meminta maaf. Aku hanya bisa mengiriminya nasihat agar tak terburu-buru mengambil kesimpulan saat dugaan datang; coba tabayun dulu. Akhirnya kami pun saling memaafkan satu sama lain. Setelah itu, ia menyatakan bahwa dia sudah tidak berproses lagi dengan Wina dan memutuskan untuk fokus dulu pada kuliah dan pekerjaannya. Bagaimana ia bisa kembali membuka harapanku untuk bersanding dengannya? Sungguh tega! Tidakkah dia tahu bahwa aku jadi tak bisa menerima akhi lain karena masih mengharapkannya??

Teringat memoar itu, air mataku akhirnya bisa mengalir deras. Mengetahui kenyataan ini membuatku sakit, bahkan sempat mempertanyakan takdirNya, "Mengapa kami dipertemukan jika pada akhirnya dipisahkan? Mengapa kami tidak dipersatukan? Mengapa dia...?". Alangkah sulit mengikhlaskan putusanNya: aku bukan untuknya. Aku tak diperkenankan bertemu dengannya. Akhi itu kini sudah meninggalkanku lebih dulu ke sisiNya. Tanpa kuketahui ia menyembunyikan sakit livernya dengan rapi. Ah, apakah Wina juga mengetahuinya? Mengapa ia tetap bisu seakan tak enak hati? Apakah ada salah paham lain di antara kami?

Dalam perihnya perpisahan yang terguratkan, aku mencoba untuk meyakinkan diriku bahwa ada yang lebih baik darinya yang akan mendampinginya suatu saat. Akah tetapi, di sisi lain cinta ini keterlaluan dan memaksaku untuk terus bertanya dan bertanya; tak berhenti memeras air mata. Sungguh aku lelah dengan diriku sendiri yang tak ikhlas dengan kepergiannya. Sering aku tak bisa mengontrol kerinduanku, tapi mengapa hanya ada namanya? Aku sulit memperkenankan ikhwan lain masuk ke pelataran hati ini. Proses demi proses dengan akhi lain pun dipersulit; aku masih merasa dialah yang terbaik untukku.

Dalam perenunganku yang panjang aku pun berpikir apa yang telah kulakukan selama ini? Apakah aku memperbaiki diri dengan mendekat kepadaNya untuk menikah dengannya ataukah aku ingin menikah dengannya karena ingin memperbaiki diri lebih banyak, agar semakin dekat jiwa ini kepadaNya? Ah, aku tahu sekarang; aku sangat mengerti. Sungguh aku annisa yang miliki kelemahan, tapi di atas segalanya aku adalah hamba Allah. Sungguh, Allah Ghayatuna! Dia visiku, Dialah segalanya di atas apapun...

Kutatap layar handphoneku. Pesan beruntun ini harus dihapus dari memori handphone, tetapi tidak dari memori hatiku.

asslmkm. ukh, saya minta maaf,, saya baru merasakan betapa sakitnya anti.. jazakillah atas semua kebaikan anti.. mungkin ini sms saya terakhir kali ma anti.. semoga anti dapat jodoh yang terbaik buat anti.. saya nyesel telah menyakiti hati anti.. saya tahu anti sulit untuk memaafkan saya, tapi semoga Allah mengampuni dosa saya.. suatu saat anti akan tahu kenapa saya tidak jadi menikahi anti waktu dulu.. jangan membenci semua ikhwan karena cuma saya aja yang memang telah menyakiti hati anti, semoga Allah senantiasa merahmati anti..

Karenanya aku akan mempersiapkan diriku untuk menjemput yang terbaik dari sisiNya, siapapun dia. Aku hanya akan memperbaiki diri ini agar mendapatkan dia yang terbaik untukku. Aku akan berusaha melupakan cinta itu, bukan hanya untukku semata, melainkah juga untuknya. Bagaimanapun dia tak dapat kulupakan, tetapi bukan tak mungkin aku bisa menerima sosok yang seharusnya menjadi pemilik diri ini. 

smoga aku bisa menata kembali hati ini tuk berserah diri...Allah maha tau sgalanya,syukran atas smua suport dan motivasi dari smua sahabat hingga aku mampu bertahan dan bisa seperti ini...dan aku percaya Allah akan memberikan yang terbaik....wallahu'alam....
my deary....http://facebook.com/shalsyabela.manoraputry

Tidak ada komentar:

Posting Komentar