Kamis, 02 Februari 2012

~ Di Mana Tanggung Jawab Suami ~






Dimana letak Tanggung jawab suami terhadap istri, yang notabene adalah wanita yang pernah sangat dicintai dulu? Kemana perginya rasa sayang dan welas asih kepada wanita yang membuat seorang laki-laki hingga pada akhirnya memutuskan untuk menikahi wanita pilihannya untuk dijadikan sebagai permaisuri dalam mengarungi kehidupan ini bersama-sama? Kemana perginya hati nurani seorang suami hingga tega-teganya memberikan tekanan batin yang teramat sangat kepada wanita pilihannya yang telah Ia nikahi melewati moment yang sangat indah dan sakral? Padahal telah berjanji untuk setia – sehidup semati!



Dimana Tanggung jawab suami   terhadap semua janji-janji manisnya? Seorang suami yang telah berjanji terhadap istrinya untuk selalu bersama-sama dalam suka dan duka, harus mempertanggung jawabkan semuanya. Begitu pula sebaliknya…
Ada contoh sebuah  kasus rumah tangga dimana seorang istri merintih, dan menderita dalam tekanan batin yang berkepanjangan, dan bertanya kepada Sang Guru Spiritual.


- Mengapa prilaku suami berubah menjadi sensitif dan mudah marah?
- Mengapa suami sering melontarkan kata-kata cerai?
- Mengapa suami sering mau menangnya sendiri?
- Mengapa suami tidak bisa menghargai istri?
- Mengapa suami tidak memiliki gairah lagi?
- Apakah yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya yang harus dilakukan?
- Bagaimana cara agar suami berubah menjadi baik?


Lalu apa jawab Sang Guru Spiritual? Jawaban yang sangat amat bijaksana terlontar melalui kata-kata yang lugas dan punya prinsip.
Jawabannya adalah : Penyebab seorang suami sering marah-marah bisa karena berbagai macam alasan. Bisa saja karena sedang banyak masalah yang dihadapi, kehilangan rasa cinta terhadap istri, hanya mencari gara-gara karena maksud dan tujuan tertentu, atau sifat marah memang sudah akar- nya dalam diri seorang suami, dan banyak lagi alasan yang lainnya. Yang mengetahui mengapa seorang suami sering marah-marah yah hanya dirinya sendiri yang mengetahui.


Untuk tindakan seorang suami yang sering mengancam untuk menceraikan istrinya, sangatlah tidak benar dan jauh dari sikap bijaksana. Sebab kata cerai tidak sepantasnya dan tidak boleh sembarangan diucapkan meski pun dalam suasana becanda. Marah yah sah-sah saja, sebab yang namanya manusia tentu tidak luput dari kesalahan.
Seorang suami yang mau menangnya sendiri, pada dasarnya memang sudah terbentuk dari kepribadiannya sendiri. Hanya saja, semua itu biasanya akan ditutupi ketika masih pacaran. Setelah menikah, segalanya akan terungkap juga. Banyak yang menutupi kepribadian buruk atau sifat yang buruk saat masih menjalani masa-masa manis saat ber-pacaran.


Untuk menyadarkan seorang suami agar bisa menghargai seorang istri, tidak ada satu pun orang yang bisa menyadarkannya sebab sangat mustahil untuk menyadarkannya. Kesadaran itu hanya/harus datang dengan sendirinya dari seorang suami.
Masalah suami tidak memiliki gairah lagi terhadap istrinya, bisa saja karena sudah memiliki orang ketiga atau Wanita Idaman lain Namun, untuk membuktikan kebenarannya, haruslah ada bukti yang kuat. Misalnya saja, dengan menyewa detektif pribadi yang tentu saja tidak murah harganya. Sehingga fakta yang sesungguhnya tentang suami, bisa diperoleh dan tidak asal tuduh apalagi hanya sebatas perasaan atau prasangka.


Bagaimana cara agar suami berubah menjadi baik terhadap seorang istri, sekali lagi hanya dirinya sendirilah yang mampu menjawabnya. Dan ingatlah bahwa meskipun seorang istri sudah berhasil mengumpulkan bukti-bukti nyata tentang apa yang dilakukannya; yang sangat merugikan istri, tidak ada jaminan bahwa seorang suami akan berubah menjadi baik. Paling tidak yah sebagai seorang istri mendapat kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. Perbanyaklah Tawakal dan Tawadhu kepadaNya agar suami mengerti akan tanggung jawab suami  terhadap istri.

1 komentar:

  1. Info yang bermanfaat bagi saya sebagai pengetahuan, thank's.
    Izin yaa kak nitip link twitter> https://twitter.com/angelelisa879

    BalasHapus