Sabtu, 21 April 2012

Karena cinta-Nya part 1





~~~~***~~ Karena Cinta Adalah Anugerah-Nya yang Agung… (Bagian 1)**~~~~

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bismillah…

Cukup lama juga saya tidak menulis sesuatu untuk blog sederhana ini… Ya, mungkin karena terlalu banyaknya waktu yang saya gunakan untuk kesibukan lain (walau sebenarnya lebih banyak waktu yang terbuang…). Hmm, kini izinkan saya berbagi lagi…

Tentang hati dan takdir. Terkadang kenyataan yang terjadi, sketsa dan rencana-Nya yang telah terajut, berada jauh dari persangkaan kita sebelumnya. Semua itu seringkali membuat kita ‘tak mengerti, rencana apakah yang sebenarnya telah Allah persiapkan untuk kita? Suka, duka, semua itu seolah terangkai bagaikan sepotong episod yang tiada pernah kita duga sebelumnya. Ya, itulah Allah dengan segala kuasa-Nya… Ayat-ayat-Nya yang selalu menyimpan hikmah yang begitu berharga tanpa dapat diterka oleh manusia, makhluknya yang paling sempurna…

Dalam kesempatan kali ini, saya ingin berbagi tentang sekelumit perjalanan yang terangkai dalam dilatasi memori, sebuah perjalan yang jika direnungi akan menjadikan kita semakin mengerti bahwa DIA, Allah, selalu menyimpan sebuah rahasia terbaik bagi setiap hamba-Nya. Meski terkadang, semua itu harus tampak jelek dalam pandangan kita. Namun percayalah, bahwa Allah itu Maha Indah dan senang dengan keindahan. Sehingga kisah-kisah dalam setiap helai perjalanan makhluk-Nya pun ia rangkai dengan begitu indah…

Hmm, bagi kalangan santri yang terbiasa hidup di tengah-tengah lingkungan yang serba terjaga, tentunya keadaan masyarakat luas tampak begitu tabu dalam pandangan mereka. Semua itu tiada lain karena mereka, santri yang terbiasa hidup di balik dinding Pesantren, jarang sekali berinteraksi dengan masyarakat luas (walau ada juga santri yang aktif dan senang berinteraksi dengan masyarakat luas). Terlebih, santri yang kesehariannya hidup di tengah-tengah lingkungan asrama yang penuh dengan berbagai peraturan yang terkadang membuat santri itu sendiri jenuh, namun semua tata tertib dan peraturan tersebut dibuat tiada lain untuk membentuk pribadi santri yang memiliki aqidah serta akhlaq yang terjaga, sebelum mereka terjun ke lahan dakwah yang lebih luas:masyarakat.

Maka, kisah yang akan saya bagikan ini tidak terlepas dari kehidupan mereka yang terbiasa hidup di balik dinding Pesantren. Kisah mereka yang berusaha untuk menjaga batas-batas-Nya. Semua itu mengingatkan saya akan sebuah ungkapan yang mengatakan: “Someone who holds his religion firmly, is like holding fire on his hand…”.

Dalam waktu yang ‘tak begitu lama (enam bulan), kisah ini bermula… Sebuah pertemuan yang telah Allah takdirkan antara dua orang insan yang keduanya sama-sama berlatar belakang Pesantren. Mereka, termasuk para penghuni Pesantren yang senang dengan tantangan dakwah. Dalam rangka thalab ilmu (menuntut ilmu) mereka berani untuk turut berkecimpung di tengah-tengah kehidupan para kawula muda yang sangat jauh dari tatanan syari’at Islam. Dan, dengan proses yang memang tidak begitu mudah, mereka akhirnya berhasil untuk menarik simpati para kawula muda itu. Mengajak mereka untuk sedikitnya tahu tentang batasan-batasan Islam.

Meski kedua orang insan tersebut, sama-sama memiliki pemahaman ilmu agama yang lebih, dengan latar belakang mereka yang sama, tampaknya semua itu tidak dapat dijadikan sebagai alasan bagi mereka untuk dapat berinteraksi, bahkan meski hanya untuk bertegur sapa saja. Maka, enam bulan itu mereka lalui dengan sebuah kebisuan… ‘Tak pernah ada tegur sapa, apalagi sebuah obrolan yang panjang. Tiap kali berpapasan, hanya ada seulas senyum yang terangkai, tulus…

Semua itu terus berlanjut hingga sang akhwat harus pergi meninggalkan segala kenangan yang terangkai selama enam bulan itu. Sebuah kenangan akan perjalanan yang membuatnya semakin cinta akan dunia dakwah dan Islam. Ia berencana untuk melanjutkan studinya ke tempat yang cukup jauh dari kampung halaman. Maka, jumpa itu terhenti sampai di sana. Namun, meski jumpa itu terputus, nyatanya Allah masih menyisakan sebuah anugerah-Nya yang DIA semayamkan dalam hati keduanya, anugerah terindah yang diberikan-Nya kepada makhluk-makhluk-Nya: fitrah untuk dapat hidup berkasih sayang dan saling berdampingan.

Sang akhwat merasa berdosa dengan perasaan yang saat itu tengah bersemayam dalam hatinya. Maka ia putuskan untuk meminta nasihat kepada salah seorang ustadznya yang dipandang cukup mengerti akan masalah yang tengah ia hadapi. Dan, sang ustadz hanya memberi nasihat: Cinta itu anugerah. Ia layaknya bunga yang berada di taman, jika kita senantiasa merawatnya, menyiraminya setiap pagi dan memberinya pupuk, maka bunga itu akan tumbuh dengan indah. Lain halnya jika kita membiarkan bunga itu tumbuh liar, maka ia akan tumbuh dengan liar, ‘tak beraturan. Apalagi jika kita membunuhnya, maka ia pasti akan mati. Padahal, anugerah yang Allah berikan itu adalah untuk dijaga, bukan untuk dibiarkan begitu saja, apalagi dibunuh…

Nasihat itu, hingga saat ini masih tetap terngiang dalam ingatan sang akhwat. Hingga ia mulai merantau ke sebuah lingkungan masyarakat yang baru untuk menuntut ilmu di sana. Tentunya, dengan menjaga anugerah terindah itu. Meski belum pernah ada kata yang terucap, apalagi ungkapan yang menyatakan sebuah harapan, namun ia masih menjaga anugerah itu. Karena, jauh dalam lubuk hatinya… ia dapat merasakan, adanya sebuah penantian dari seorang ‘abdi Allah di tempat lain. Meski tanpa sebuah pernyataan…


silahkan saling berbagi sesama teman yang membutuhkan,tak lupa salam sdan senyum santunku penuh kasih dan damai tuk smua sahabat....

by:shalsyabela

-----------> nexs post.....^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar