Rabu, 23 Mei 2012

Hidup itu Indah





                                        ~* Hidup itu Indah *~
                      ======================================


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Hidup akan terasa indah jika kita selalu
berprasangka baik kepada ALLAH atas apa
yang terjadi kepada kita. Hidup akan terasa
indah jika kita selalu berbagi dan
bermanfa’at kepada yang lain.
Seharusnya kita juga berusaha untuk
menjadi keluarga ALLAH.
Siapakah keluarga ALLAH ???

Daripada Anas ra. Ia berkata Rasulullah
SAW bersabda,
“Sesungguhnya Allah itu mempunyai
keluarga yang terdiri daripada
manusia.” Kemudian Anas berkata lagi,
“Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?”
Baginda manjawab, “yaitu ahli quran (orang
yang membaca atau menghapal quran dan
mengamalkannya). Mereka adalah keluarga
Allah dan orang-orang yang istimewa bagi
Allah.” (HR. Ahmad)

Seharusnya kita menjadi seorang ahlul
Qur’an. Karena Kalamullah adalah
sebagai huda (petunjuk), asy-
syifa (penyembuh), dan penyelamat hidup
manusia di dunia maupun di akhirat.
Kehidupan yang kita jalani pasti di dalam
nya ada keindahan dan pasti juga ada
kegelapan, seperti gelapnya malam dan
indahnya siang. Hidup tidak akan indah
tanpa keindahan dan kegelapan, keindahan
bisa hadir karena kegelapan, kegelapan
juga hadir karena keindahan, semuanya
saling berputar, kita bisa merasakan
keindahan dalam hidup karena sebelumnya
muncul kegelapan dalam hidup kita, dan
kita juga dapat merasakan kegelapan
karena sebelumnya kita merasakan
keindahan.
Kita ketahui keindahan adalah suatu
perasaan yang timbul dalam hati manusia
saat dimana manusia merasakan dalam
hidupnya sesuatu yang baru dan membuat
takjub, keindahan akan membuat manusia
terlena, karena itu tercipltalah kegelapan.
Kegelapan adalah keadaan dimana seorang
manusia mengalami cobaan dalam
hidupnya dengan suatu keadaan yang
harus mereka pecahkan dengan sebuah
kesabaran, jika kita sabar dan terus
berusaha kita akan menghapus kegelapan
dalam hidup kita dan menjadikannya
sebuah keindahan.
Campur tangan Allah di dunia ini, “diwakili”
oleh ketentuan yang sudah Dia gariskan.
Tidak turun tangan langsung seperti
mengatur bidak-bidak catur. Dalam
kehidupan kita, kita tidak bisa lepas dari
aturan-aturan (ketentuan) tersebut.

Bagaimanapun jalan kita, kita terikat oleh
ketentuan tersebut. Namun, kita pun
dibekali akal untuk memahami aturan-
aturan tersebut, sehingga ketika kita
memutuskan untuk melakukan sesuatu, kita
tidak bertindak bodoh dan celaka karena
melakukan sesuatu yang tidak sesuai
dengan ketentuan. Namun, terkadang,
dalam beberapa hal, Allah benar-benar
mengambil alih dan “menyentil” kehidupan
kita dengan caranya yang tidak bisa kita
pahami.

Kegelapan dan Keindahan Hidup selalu ada
dalam setiap langkah perjalanan hidup kita,
kegelapan dan keindahan akan membuat
kesempurnaan dalam hidup dan membuat
hidup ini menjadi lebih indah dan
bermakna.
Laa tahzan. Tidak selamanya kenikmatan
berupa keindahan. Namun, kesabaran dan
keikhlasan pun adalah kenikmatan yang
tiada terkira saat kita berhasil melewati
ujian dari NYA.

salam santunku.....^_^______________________________

Nama-nama istri Nabi





                            NAMA ISTRI-ISTRI RASULULLAH
                          SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM
                       ======================================

Pertanyaan :

ﺎﻣ ﺀﺎﻤﺳﺃ ﻲﻫ ﺕﺎﺟﻭﺯ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻢﻠﺳﻭ؟
Siapa saja nama istri-istri Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam?

Syaikh Dr. Abdullah Al Faqih Hafizhahullah
menjawab :
ﺪﻤﺤﻟﺍ ﻪﻠﻟ ﺓﻼﺼﻟﺍﻭ ﻡﻼﺴﻟﺍﻭ ﻰﻠﻋ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﻋﻭ ﻪﻟﺁ
ﻪﺒﺤﺻﻭ ﺎﻣﺃ ﺪﻌﺑ
Segala puji hanya bagi Allah, shalawat serta
salam semoga senantiasa terlimpah kepada
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam,
keluarganya dan para sahabatnya. Amma
ba’du,

ﺀﺎﻤﺳﺄﻓ ﺕﺎﺟﻭﺯ ﻰﻠﺻ ﻲﺒﻨﻟﺍ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻲﻫ ﻢﻠﺳﻭ ﻲﻟﺎﺘﻟﺎﻛ :
1- ﺔﺠﻳﺪﺧ ﺪﻠﻳﻮﺧ ﻦﺑ ﻲﺿﺭ ﻪﻠﻟﺍ .ﺎﻬﻨﻋ
ﺓﺩﻮﺳ -2 ﺖﻨﺑ ﻪﻌﻣﺯ ﻲﺿﺭ ﻪﻠﻟﺍ .ﺎﻬﻨﻋ
-3 ﺔﺸﺋﺎﻋ ﺖﻨﺑ ﻲﺑﺃ ﺮﻜﺑ ﻖﻳﺪﺼﻟﺍ ﻲﺿﺭ ﻪﻠﻟﺍ .ﺎﻬﻨﻋ
-4 ﺔﺼﻔﺣ ﺖﻨﺑ ﺮﻤﻋ ﻲﺿﺭ ﻪﻠﻟﺍ .ﺎﻬﻨﻋ
ﺐﻨﻳﺯ -5 ﺖﻨﺑ ﺔﻤﻳﺰﺧ ﻲﺿﺭ .ﺎﻬﻨﻋ ﻪﻠﻟﺍ
-6 ﻡﺃ ﺔﻤﻠﺳ ﺪﻨﻫ ﺖﻨﺑ ﻲﺑﺃ ﺔﻴﻣﻭﺰﺨﻤﻟﺍ ﺔﻴﻣﺃ ﻲﺿﺭ ﻪﻠﻟﺍ .ﺎﻬﻨﻋ
-7 ﻡﺃ ﺔﻠﻣﺭ ﺔﺒﻴﺒﺣ ﺖﻨﺑ ﻲﺑﺃ ﻥﺎﻴﻔﺳ ﻲﺿﺭ ﻪﻠﻟﺍ .ﺎﻬﻨﻋ
-8 ﺔﻳﺮﻳﻮﺟ ﺖﻨﺑ ﺙﺭﺎﺤﻟﺍ ﺎﻬﻤﺳﺍ ﻥﺎﻛﻭ ﺓﺮﺑ ، ﺎﻫﺎﻤﺴﻓ ﻝﻮﺳﺭ
ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻢﻠﺳﻭ .ﺔﻳﺮﻳﻮﺟ
-9 ﺔﻧﻮﻤﻴﻣ ﺖﻨﺑ ﺙﺭﺎﺤﻟﺍ ﺔﻴﻟﻼﻬﻟﺍ ﻲﺿﺭ .ﺎﻬﻨﻋ ﻪﻠﻟﺍ
ﺔﻴﻔﺻ -10 ﺖﻨﺑ ﻲﻴﺣ ﺐﻄﺧﺃ ﻦﺑ ﻲﺿﺭ .ﺎﻬﻨﻋ ﻪﻠﻟﺍ
-11 ﺐﻨﻳﺯ ﺖﻨﺑ ﺶﺤﺟ ﻲﺿﺭ ﻪﻠﻟﺍ .ﺎﻬﻨﻋ
ﻒﻠﺘﺧﺍﻭ ﻲﻓ ﺔﻧﺎﺤﻳﺭ ﺖﻨﺑ ﺪﻳﺯ ﻞﻫ ﺔﻳﺮﻀﻨﻟﺍ ﻦﻣ ﺖﻧﺎﻛ

ﻪﺗﺎﺟﻭﺯ ﻦﻣ ﻡﺃ ﺇﻣﺎﺋﻪ؟
Nama istri-istri Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam adalah sebagai berikut:

1. Khadijah binti Khuwailid
Radhiallahu’anha.

2. Saudah binti Zam’ah Radhiallahu’anha.

3. ‘Aisyah binti Abu Bakar Ash Shiddiq
Radhiallahu’anha.

4. Hafshah binti Umar Radhiallahu’anha.

5. Zainab binti Khuzaimah
Radhiallahu’anha.

6. Ummu Salamah Hindun binti Abu
Umayyah Al Makhzumiyyah
Radhiallahu’anha.

7. Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan
Radhiallahu’anha.

8. Juwairiyyah binti Al Harits
Radhiallahu’anha, aslinya bernama Barrah,
namun diganti oleh Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam menjadi
Juwairiyyah.

9. Maimunah binti Al Harits Al Hilaliyyah
Radhiallahu’anha.

10. Shafiyyah binti Huyay bin Akhthab
Radhiallahu’anha.

11. Zainab binti Jahsy Radhiallahu’anha.

Para ulama berbeda pendapat mengenai
Raihanah binti Zaid An Nadhriyyah, apakah
termasuk istri ataukah budak Rasulullah?

ﺀﻻﺆﻬﻓ ﻩﺅﺎﺴﻧ ﺕﺎﻓﻭﺮﻌﻤﻟﺍ ﻲﺗﻼﻟﺍ ﻞﺧﺩ ﻦﻬﺑ ، ﺎﻣﺃ ﻦﻣ ﺎﻬﺒﻄﺧ
ﻢﻟﻭ ﺎﻬﺟﻭﺰﺘﻳ، ﻦﻣﻭ ﺖﺒﻫﻭ ﺎﻬﺴﻔﻧ ﻪﻟ، ﻢﻟﻭ ﺎﻬﺟﻭﺰﺘﻳ، ﻮﺤﻨﻓ

ﻊﺑﺭﺃ ﻭﺃ ﺲﻤﺧ، ﻝﺎﻗﻭ ﻢﻬﻀﻌﺑ ﻦﻫ ﻥﻮﺛﻼﺛ ﺓﺃﺮﻣﺍ .

Inilah nama-nama shahabiyyah yang sudah
ma’ruf digolongkan ke dalam deretan istri-
istri beliau.

Adapun beberapa shahabiyyah
yang dilamar oleh Rasulullah namun belum
dinikahi, serta para shahabiyyah yang
menawarkan diri kepada Rasulullah dan
tidak dinikahi, yang semacam ini ada empat
atau lima orang. Sebagian orang ada yang
mengatakan mencapai tiga puluh orang
wanita.

ﻞﻫﺃﻭ ﻢﻠﻌﻟﺍ ﻪﺗﺮﻴﺴﺑ ﻪﻟﺍﻮﺣﺃﻭ ﻻ ﻥﻮﻓﺮﻌﻳ ﺍﺬﻫ ، ﻞﺑ ﻪﻧﻭﺮﻜﻨﻳ ،
ﻑﻭﺮﻌﻤﻟﺍﻭ ﻢﻫﺪﻨﻋ ﻪﻧﺃ ﺚﻌﺑ ﻰﻟﺇ ﺔﻴﻧﻮﺠﻟﺍ ﺎﻬﺟﻭﺰﺘﻴﻟ، ﻞﺧﺪﻓ
ﺎﻬﻴﻠﻋ ﺎﻬﺒﻄﺨﻴﻟ ﺕﺫﺎﻌﺘﺳﺎﻓ ﻪﻨﻣ ﺎﻫﺫﺎﻋﺄﻓ ﺎﻬﺟﻭﺰﺘﻳ ﻢﻟﻭ، ﻚﻟﺬﻛﻭ
ﺔﻴﺒﻠﻜﻟﺍ ، ﻚﻟﺬﻛﻭ ﻲﺘﻟﺍ ﻯﺃﺭ ﺎﻬﺤﺸﻜﺑ ﺑﻴﺎﺿﺎً ﻢﻠﻓ ﻞﺧﺪﻳ ﺎﻬﺑ ،
ﻲﺘﻟﺍﻭ ﺖﺒﻫﻭ ﺎﻬﺴﻔﻧ ﻪﻟ ﺎﻬﺟﻭﺰﻓ ﻩﺮﻴﻏ ﻰﻠﻋ ﺭﻮﺳ ﻥﺁﺮﻘﻟﺍ ،
ﻊﺟﺍﺭﻭ .ﻅﻮﻔﺤﻤﻟﺍ ﻮﻫ ﺍﺬﻫﻭ ﺩﺎﻌﻤﻟﺍ ﺩﺍﺯ 1/79ﻪﻠﻟﺍﻭ .

ﻢﻠﻋﺃ
Para ulama yang memahami sirah
Rasulullah tidak ada yang mengetahui
adanya pendapat ini (mencapai 30 orang).
Bahkan para ulama mengingkari pendapat
ini.

Adapun yang ma’ruf adalah:

■ Rasulullah datang kepada Al Juniyyah
(ﺔﻴﻧﻮﺠﻟﺍ) untuk menikahinya. Ketika dilamar
oleh Rasulullah, Al Juniyyah malah
berlindung dari Rasulullah (menyatakan
keengganan), maka Rasulullah pun
menghindarinya dan tidak menikahinya.

■ Demikian juga Al Kalbiyyah
■ Juga shahabiyyah yang antara pinggang
dan tulang rusuk belakangnya ada bercak
putih di kulitnya, tidak dinikahi oleh
Rasulullah
■ Juga shahabiyyah yang menawarkan
dirinya kepada Rasulullah lalu Rasulullah
menikahkan dia dengan orang lain dengan
mahar hafalan Qur’an

Inilah beberapa kisah yang dapat diterima
riwayatnya. Silakan merujuk pada kitab
Zaadul Ma’ad (1/79).

Wallahu’alam....salam santunku.....^_^

Wacana cinta




                               ~* Wacana cinta *~



cinta sangat luas punya makna, maka
jangan kau persempit hanya karena nafsu
durja

dengan cinta kasih sesama pasangan saja
kisah-kasih pasangan itu hanya sebahagian

dari cinta
cinta pada Tuhanmu itu yang utama
cinta rasulmu itu yang kedua
cinta kedua orang tua itu yang ketiga
cinta sesama muslim itu anjuran nabi yang
mulia

cinta anak yatim, fakir miskin, itu juga
anjurannya

cinta alam semesta serta isinya itu
kewajiban kita
sebagai khalifah di dunia


cinta pasangan memang klasik adanya
namun selalu memberi cerita
dalam setiap generasinya

semenjak cinta Adam dan hawa
Qabil dan Labuda.
Habil dan Iqlima
walau Qobil tak menerima ketentuan yang
ada

Yusuf dan Zulaikha
Muhammad dan Khadijah al-kubra
kemudian Aisyah al-khumaira
Ali dan Fatimah az-zahra
Qois dan Laila
hingga kedua orang tua kita

para penyair berbicara tentang cinta
kata mereka hidup tanpa cinta
bagai taman tanpa bunga

begitulah cinta dalam versi mereka
setiap insan berhak menerjemahkan cinta

namun tak berhak memberi batas
definisinya

karena cinta sangat luas maknanya
karena cinta kita di dunia

karena cinta pula kita akan kembali
padanya

kepada sang pencipta cinta yang
sesungguhnya…

Minggu, 20 Mei 2012

untukmu saudariku





Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

 Wahai saudariku yang dimuliakan. Engkaulah permata di dasar lautan yang tak terjamah dan tidak akan pernah berkurang nilainya.

Teruntuk saudariku yang tak kunjung menikah. Yang senantiasa ditemani rasa gundah dan gelisah. Hati yang tersampul rasa sedih hingga putus asa mengalir deras dalam jiwanya. Semua ini hanya karena belum mendapatkan rizki sebuah pernikahan.

Lembutkan hatimu wahai saudariku. Sungguh pernikahan itu bukan suatu kewajiban yang akan merobohkan agamamu apabila engkau tidak melaksanakannya. Melainkan ia sunnatullah bagi makhlukNya. Ia tuliskan kepada yang Ia kehendaki, Ia berikan pula kepada orang yang Ia kehendaki dan tidak ada yang mampu merubah ketentuanNya. Berapa banyak seorang ulama dalam sejarah Islam dengan segala keilmuannya yang telah memberikan banyak manfaat dari pemikiran dan kitab-kitabnya namun tidak diberikan rizki sebuah pernikahan. Tapi justru dengan ini nama mereka menjadi mulia dengan mewariskan sebuah harta pemikiran yang sangat berharga, lebih berharga dari emas dan batu mulia.

Saudariku yang dimuliakan. Kenapa engkau selalu merasa kecewa atau kesal dengan orang lain? Kenapa selalu bersedih dan putus asa bila bersama mereka hanya karena belum juga diberikan rizki sebuah pernikahan? Ini hanya akan membuatmu merasa berat dari ketentuan Allah swt. Wahai saudariku yang dimuliakan. Engkau tidak tahu, bahwa sebenarnya kondisimu yang masih juga melajang adalah sebuah kasih sayang dari Tuhanmu. Maka bersyukurlah atas segalanya dan janganlah engkau bersedih dan merasa kecewa. Karena sesungguhnya itu bukan perasaan yang sempurna bagimu. Perasaan seperti itu hanya akan mengurangi keimanan dan kemuliaanmu bahkan bisa melepaskan dari aqidahmu.

Wahai saudariku, kemarilah! Akan aku beritahu bagaimana agar lajangmu menjadi sebuah rahmat dan kasih sayang Tuhanmu.
Bila memang engkau seorang wanita yang ahli agama, sungguh itu adalah sebuah nikmat Allah swt yang telah ia berikan kepadamu. Berapa banyak gadis yang dahulu sama sepertimu, shalihah dan taat beragama.

Namun ketika ia menikah, ia terlena bersama suaminya dan menjauh dari agamanya kemudian hancurlah dunia dan akhiratnya. Ini benar-benar terjadi dan nyata. Gadis yang terbina dalam keluarga yang taat lantas setelah menikah dan hidup bersama suaminya didapati tetangganya selalu mengeluhkan kondisinya dan suaminya karena seringnya terganggu suara bising nyanyian dari rumahnya. “Ini nasihat khusus bagi seorang perempuan yang hendak menikah untuk bertanya tentang seorang laki-laki sebelum menikah dengannya”.
Sekarang wahai saudariku, bukankah Allah swt begitu lembut terhadapmu. Engkau seperti halnya gadis yang meminta dikaruniakan seorang suami yang shalih. Maka bersyukurlah kepada Allah swt yang telah memberikan keutamaan terhadapmu. Terhadap kondisimu saat ini yang mengandung sejuta hikmah yang engkau tidak ketahui. Semoga dengannya mampu menghapus dosa-dosamu.

Tidak dipungkiri. Ada sesuatu yang sangat penting kenapa seorang gadis mendambakan sebuah pernikahan. Yakni melahirkan seorang anak dan merasakan diri sebagai seorang ibu. Sekarang mari kita coba renungkan wahai saudariku. Coba lihat di sekitarmu dan perhatikan seseorang yang telah dikaruniai sebuah pernikahan namun tak kunjung juga mendapatkan keturunan. Bayangkan dan renungkan bagaimana kondisi dan perasaannya. Sungguh demi Allah swt.

Wahai saudariku. Ia berada dalam rasa rindu yang sangat pilu. Karena ia diharamkan dari sesuatu yang sangat penting dalam kehidupannya. Sesuatu yang selayaknya didapatkan oleh semua kaum perempuan. Rasa sedih sudah pasti memenuhi ruang di jiwanya. Semoga Allah swt merahmati dan melapangkan mereka yang tak kunjung diberikan keturunan dan segera dikaruniai keturunan yang shalih dan shalihah. Amin
Wahai saudariku, bukankah kondisimu lebih baik dari kondisi mereka yang tak kunjung memiliki keturunan? Sungguh sebetulnya engkau tidak merasakan rasa sedih yang sangat luar biasa seperti yang dirasakan mereka. Mereka bukan hanya tidak bisa merasakan diri sebagai seorang ibu tapi juga tidak bisa merasakan diri sebagai seorang istri yang memberikan kepada suaminya sifat seorang ayah.

Engkau masih memiliki anak-anak dari saudaramu dan kerabat-kerabatmu. Maka berikanlah perhatianmu kepada mereka. Ajarkan kepada mereka sebuah akhlaq yang baik dan sebuah ketaatan terhadap Allah swt. Di sana ada kesempatan bagimu bagaimana menjadi seorang ibu dan bagaimana menjadi seorang pentarbiyah generasi yang baik.

Saudariku yang dimuliakan. Jika memang engkau merasa usiamu telah terlampau senja. Maka jangan jadikan usiamu terbakar sia-sia termakan waktu. Bagaikan debu yang berhamburan, bagaikan ranting kayu kering yang terbakar. Jadikan ia meski terbakar bagaikan lilin yang menyinari jalan, memancarkan cahaya bagi orang lain. Dan berharaplah hanya karena mencari ridha Allah swt semata. Dan jika engkau mendambakan mawaddah dan rohmah dalam sebuah pernikahan. Maka bukan sebuah rahasia lagi jika ada banyak wanita yang menderita dan terasing dalam kehidupannya bersama pasangannya sebab gagal dan tidak mengindahkan syariat-syariat Allah swt.

Akhirnya pernikahan bagi mereka hanya sebuah bencana dalam hidupnya. Maka bersyukurlah wahai saudariku karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi padamu setelah melangsungkan pernikahan kelak.
Saudariku. Jangan jadikan seluruh pikiranmu hanya terpaku dalam sebuah pernikahan. Itu hanya akan membuat usiamu terasa cepat berlalu dan terasa sepi. Palingkan pikiranmu untuk hal lain yang baik bagimu dan bertawakal lah kepada yang menciptamu jadikan yang terpenting dalam hidupmu menggapai ridha Allah swt dan memahami agamanya. Jika tidak, sia-sialah apa yang akan berlalu. Mohonlah kepada Allah swt dan hanya berharap kepadaNya maka engkau akan merasakan ketenangan dalam jiwamu karena engkau telah benar-benar bertawakal kepadaNya

Saudariku. Tak usah engkau pedulikan pandangan orang lain terhadapmu. Lajang bukan hanya engkau yang mengalami bahkan para lelaki dan wanita melajang lalu menikah di usianya yang terlampau senja. Sungguh ada banyak hikmah di sana. Ada kesiapan yang matang dan benar-benar mengetahui nilai sebuah pernikahan. Menjadikan motivasi dan kekuatan dalam hidup untuk menjalani seluruh kewajiban dalam rangka mengharap Allah swt semata. Maha suci Allah swt yang telah memberikan rizki kepada seluruh makhlukNya. Ada yang dikaruniai sebuah pernikahan di usia yang senja dan mereka hidup bahagia. Panjangnya sebuah usia pernikahan bukanlah sebuah takaran hidup bahagia melainkan adanya sebuah kebahagiaan yang sejati di dalamnya.

Saudariku. Jadikan kata “lajang” sebagai simbol kemuliaanmu. Jangan jadikan kata “lajang” sebuah pisau beracun yang menusuk hatimu dengan tanganmu sendiri.
Dan jika orang lain telah menemukan dan merasakan keagungan pribadimu serta Keberhasilanmu. Kelak semua orang akan segan dan malu untuk hanya menyandangkan kata “lajang” untukmu. Dan kalaupun itu terjadi, tidak akan mampu menggoyahkan rasa percaya dirimu terhadap pribadimu dan terhadap Tuhanmu yang menciptakanmu dan membentuk penglihatan dan pendengaranmu. Inilah sebuah kenikmatan yang diberikan kepadamu dan apa yang telah diberikan kepadamu sesungguhnya baik untukmu.

Wahai saudariku yang dimuliakan. Berapapun usiamu kini. Tiga puluh, empat puluh, atau lebih. Tahukah engkau ibaratkan apa dirimu? Engkau ibarat mutiara yang teramat berharga yang berada jauh di dasar lautan. Tak ada seorang pun yang melihatnya. Ia tetap terjaga di dalam kerangnya. Kalaupun belum juga ada yang meraihnya, aku katakan padamu; hanya karena belum datang seorang pemburu atau penyelam lautan yang tepat dan mengetahui bagaimana cara meraih mutiara yang teramat berharga itu. Lalu, apakah mutiara yang belum juga seorang pun mampu meraihnya, apakah ia karena tidak bernilai?? Tidak. Sungguh tidak demikian.
Wahai saudariku. Berbahagialah dan tunjukkan dirimu terhadap orang lain. Angkat kepalamu tinggi-tinggi bukan karena manusia melainkan karena Tuhan manusia. Dan penuhilah hatimu dengan rasa kemuliaan dan ridha dengan ketentuan Allah swt. Jadikan hari ini awal dari hakikat kehidupanmu. Hadapkan wajahmu hanya kepada Allah swt. Berdoalah kepadanya agar ia memeliharamu untuk senantiasa mengingatNya, bersyukur dan melaksanakan sebaik-baiknya ibadah kepadaNya. Agar Ia senantiasa memudahkan segala urusanmu meneguhkan urusan agamamu dan menjadikanmu cahaya bagi orang-orang di sekitarmu. Perbanyaklah berdoa kepada Allah swt siang dan malam.

Saudariku yang dimuliakan. Jangan karenanya engkau bersedih. Ingatlah bahwa dirimu mutiara yang sangat berharga pada tempat yang terjaga.
Semoga Allah swt memberikan taufiq kepada seluruh generasi muda Islam untuk kebaikan dunia dan akhiratnya.


Semoga bermanfaat dan silahkan saling berbagi bila dirasa artikel ini bermanfaaat,tak lupa salam santunku tuk smua sahabat.....^_^

by:shalsyabela________

Derita bisa jadi nikmat





                                    ~* Derita Bisa Jadi Nikmat *~
                  ======================================


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sebuah pelajaran berharga dari Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah.
Semoga dapat menghibur hati yang
sedang luka atau merasakan derita.

Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan:

Di antara sempurnanya nikmat Allah pada
para hamba-Nya yang beriman, Dia
menurunkan pada mereka kesulitan dan
derita. Disebabkan derita ini mereka pun
mentauhidkan-Nya (hanya berharap
kemudahan pada Allah, pen). Mereka pun
banyak berdo’a kepada-Nya dengan
berbuat ikhlas. Mereka pun tidak
berharap kecuali kepada-Nya. Di kala sulit
tersebut, hati mereka pun selalu
bergantung pada-Nya, tidak beralih pada
selain-Nya.

Akhirnya mereka bertawakkal
dan kembali pada-Nya dan merasakan
manisnya iman. Mereka pun merasakan
begitu nikmatnya iman dan merasa
berharganya terlepas dari syirik (karena
mereka tidak memohon pada selain
Allah). Inilah sebesar-besarnya nikmat
atas mereka.

Nikmat ini terasa lebih luar biasa
dibandingkan dengan nikmat hilangnya
sakit, hilangnya rasa takut, hilangnya
kekeringan yang menimpa, atau karena
datangnya kemudahan atau hilangnya
kesulitan dalam kehidupan. Karena nikmat
badan dan nikmat dunia lainnya bisa
didapati orang kafir dan bisa pula
didapati oleh orang mukmin. (Majmu’ Al
Fatawa, Ibnu Taimiyah, Darul Wafa’,
10/333)

***

Begitu sejuk mendengar kata indah dari
Ibnu Taimiyah ini. Akibat derita, akibat
musibah, akibat kesulitan, kita pun
merasa dekat dengan Allah dan ingin
kembali pada-Nya. Jadi tidak selamanya
derita adalah derita. Derita itu bisa jadi
nikmat sebagaimana yang beliau jelaskan.

Derita bisa bertambah derita jika
seseorang malah mengeluh dan jadikan
makhluk sebagai tempat mengeluh derita.
Hanya kepada Allah seharusnya kita
berharap kemudahan dan lepas dari
berbagai kesulitan.

Nikmat ketika kita kembali kepada Allah
dan bertawakkal pada-Nya serta banyak
memohon pada-Nya, ini terasa lebih
nikmat dari hilangnya derita dunia yang
ada. Karena kembali pada Allah dan
tawakkal pada-Nya hanyalah nikmat yang
dimiliki insan yang beriman dan tidak
didapati para orang yang kafir. Sedangkan
nikmat hilangnya sakit dan derita lainnya,
itu bisa kita dapati pada orang kafir dan
orang beriman.

Ingatlah baik-baik nasehat indah ini.
Semoga kita bisa terus bersabar dan
bersabar. Sabar itu tidak ada batasnya.
Karena Allah Ta’ala janjikan,

ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻳُﻮَﻓَّﻰ ﺍﻟﺼَّﺎﺑِﺮُﻭﻥَ ﺃَﺟْﺮَﻫُﻢْ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺣِﺴَﺎﺏٍ

“Sesungguhnya orang-orang yang
bersabar, ganjaran bagi mereka adalah
tanpa hisab (tak terhingga).”

(QS. Az
Zumar: 10). Al Auza’i mengatakan bahwa
ganjarannya tidak bisa ditakar dan
ditimbang. Ibnu Juraij mengatakan bahwa
pahala bagi orang yang bersabar tidak
bisa dihitung sama sekali, akan tetapi ia
akan diberi tambahan dari itu.
Maksudnya, pahala mereka tak terhingga.
Sedangkan As Sudi mengatakan bahwa
balasan bagi orang yang bersabar adalah
surga.[1]

Semoga yang singkat ini bermanfaat.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi
tatimmush sholihaat.

Written before Shubuh on 16 Dzulqo’dah
1431 H (24/10/2010), in KSU, Riyadh, KSA
By: Muhammad Abduh Tuasikal

[1] Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu
Katsir, 7/89, Dar Thoyibah, cetakan kedua,
tahun 1420 H

Surat dr Setan





                               Surat dari setan,iblis & sekutunya
                                     untuk mu..!!!
                        ================================



Aku melihatmu kemarin, saat engkau
memulai aktifitas harianmu.
Kau bangun tanpa sujud mengerjakan
subuhmu

Bahkan kemudian, kau juga tidak
mengucapkan "Bismillah" sebelum memulai
santapanmu, juga tidak sempat
mengerjakan shalat Isha sebelum berangkat
ketempat tidurmu
Kau benar2 orang yang bersyukur, Aku
menyukainya
Aku tak dapat mengungkapkan betapa
senangnya aku melihatmu tidak merubah
cara hidupmu.

Hai Bodoh, Kamu millikku.
Ingat, kau dan aku sudah bertahun-tahun
bersama,
dan aku masih belum bisa benar2
mencintaimu .
Malah aku masih membencimu, karena aku
benci Allah.
Aku hanya menggunakanmu untuk
membalas dendamku kepada Allah.
Dia sudah mencampakkan aku dari surga,
dan aku akan tetap memanfaatkanmu
sepanjang masa untuk mebalaskannya
Kau lihat, ALLAH MENYAYANGIMU dan dia
masih memiliki rencana-rencana untukmu
dihari depan.

Tapi kau sudah menyerahkan hidupmu
padaku,
dan aku akan membuat kehidupanmu
seperti neraka.
Sehingga kita bisa bersama dua kali dan ini
akan menyakiti hati ALLAH
Aku benar-benar berterimakasih padamu,
karena aku sudah menunjukkan kepada NYA
siapa yang menjadi pengatur dalam
hidupmu dalam masa2 yang kita jalani
Kita nonton film porno bersama, memaki
orang, mencuri, berbohong, munafik,
makan sekenyang-kenyangya , guyon2an
jorok, bergosip, manghakimi orang,
menghujam orang dari belakang, tidak
hormat pada orang tua ,
Tidak menghargai Masjid, berperilaku
buruk.

TENTUNYA kau tak ingin meninggalkan ini
begitu saja.
Ayolah, Hai Bodoh, kita terbakar bersama,
selamanya.
Aku masih memiliki rencana2 hangat untuk
kita.
Ini hanya merupakan surat penghargaanku
untuk mu.
Aku ingin mengucapkan
'TERIMAKASIH'

karena sudah mengizinkanku
memanfaatkan hampir semua masa
hidupmu.
Kamu memang sangat mudah dibodohi,
aku menertawakanmu.


Saat kau tergoda berbuat dosa kamu
menghadiahkan tawa.
Dosa sudah mulai mewarnai hidupmu.
Kamu sudah 20 tahun lebih tua, dan
sekarang aku perlu darah muda.

Jadi, pergi dan lanjutkanlah mengajarkan
orang-orang muda bagaimana berbuat
dosa.
Yang perlu kau lakukan adalah merokok,
mabuk-mabukan, berbohong, berjudi,
bergosip, dan hiduplah se-egois mungkin.

Lakukan semua ini didepan anak-anak dan
mereka akan menirunya.
Begitulah anak-anak .

Baiklah, aku persilahkan kau bergerak
sekarang.
Aku akan kembali beberapa detik lagi untuk
menggoda mu lagi.
Jika kau cukup cerdas, kau akan lari
sembunyi, dan bertaubat atas dosa-
dosamu.
Dan hidup untuk Allah dengan sisa
umurmu yang tinggal sedikit.

Memperingati orang bukan tabiatku, tapi
diusiamu sekarang dan tetap melakukan
dosa, sepertinya memang agak aneh.
Jangan salah sangka, aku masih tetap
membencimu.
Hanya saja kau harus menjadi orang tolol
yang lebih baik dimata ALLAH.

Catatan : Jika kau benar2
menyayangiku , kau tak akan rela
berbagi suratku ini dengan siapapun..

hayooooooo...siapa yg sdh pernah mendapat surat ini...?

Persiapan sblm nikah





                        ~* Persiapan sebelum menikah *~
                  ======================================



Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Dalam tugas apa pun,
persiapan yang baik dan matang menjadi
kunci keberhasilan. Hal itu juga yang terjadi
dengan pernikahan. “Persiapan” menjadi
kata kunci agar nantinya pernikahan bisa
dijalankan dengan baik. Apakah itu
sebelum, ketika dan sesudah ijab kabul.

Kira-kira apa saja sih yang harus
dipersiapkan seorang calon suami dan
istri? Yuk, kita tengok apa saja target
persiapannya.

Pertama, persiapan untuk menjadi seorang
pemimpin (khusus untuk calon suami).
Allah SWT telah menegaskan bagi seorang
laki-laki menjadi pemimpin dalam rumah
tangga (QS An-Nisaa’: 34).

Tugas sebagai seorang pemimpin ini tidak
berarti seorang suami lebih tinggi dari yang
dipimpin (istri). Jabatan hanya sekadar
pembagian tugas, dengan beban
tanggungjawab yang lebih besar. Seorang
suami bertanggung jawab penuh untuk
menafkahi dan membimbing istri serta
anak-anaknya agar selamat dunia dan
akhirat.

Kedua, persiapan ilmu, khususnya ilmu
agama. Sebagai seorang suami harus bisa
mendidik istrinya. Seorang suami yang
kurang ilmu, biasanya hanya bisa
mengarang saja. Orang yang ngarang
biasanya cenderung bersikap emosional,
dan mudah marah.

Pengetahuan agama yang dimiliki tidaklah
harus sempurna sekali. Setidaknya
mengetahui mana yang wajib, sunnah, dan
mana yang makruh. Ditambah ilmu-ilmu
lainnya, seperti psikologi, kesehatan,
manajemen keuangan, dan lainnya (jika
diperlukan).

Walau tidak mendalam,
setidaknya kita tahu sehingga memilik
pegangan.

Ketiga, persiapan mental. Dalam
rumah tangga pasti akan ditemukan banyak
masalah yang akan menghampirinya
pasangan suami-istri. Agar kita mampu
mengelola masalah secara cerdas
dibutuhkan kekuatan mental (ruhani) serta
kelapangan hati suami-istri.
Orang yang lemah mental dan imannya,
cenderung goyah ketika dihadapkan pada
sebuah masalah. Tanpa kesiapan mental
dan ruhani, masalah kecil bisa menjadi
besar, masalah sederhana bisa menjadi
rumit.

Keempat, persiapan finansial atau
keuangan. Membangun rumahtangga tidak
cukup sekadar kata CINTA dan cita-cita
ideal. Yakin bahwa Allah Maha Kaya
memang penting. Namun keyakinan
tersebut harus disempurnakan dengan
ikhtiar yang sempurna.

Dan masih banyak lagi persiapan yang bisa
(calon suami-istri) siapkan.
Selagi masih
ada waktu, maka persiapkan segalanya
dengan matang, banyak belajar, perkuat
ibadah, perbanyak doa, termasuk
mempersiapkan mental dan finansial.

Semoga pernikahannya diberkahi Allah
SWT. Aamiin...

Jangan dilupakan namun diikhlaskan





                               ~* Jangan dilupakan NAmun IKhlaskan *~
                              ================================


Terus terbayang mengoyak pikiran
Sendu kala berjuang dulu
Tangis dalam perjalanan lalu
Kecewa saat semangat dan langkah
menyatu
Pikiran melayang jauhi impian

Seakan bumi enggan mengasihi
Takut melihat wajah dunia kini
Malu menatap jubah perang tertanggalkan
Rindu akan hadirnya Illahi
Dalam nafas jiwa raga diri
Ingin rasanya mencari

Jarum harapan dalam jerami kalbu
Sekali mencoba cermin tak terjaga

Memantulkan kembali kematian hati saat
dahulu
Terus merambat hingga denyut nadi
Cepat, cepat tak tertahan

Menolehkan muka ke tanah
Berharap sinar mentari datang
Atau cahaya rembulan tak padam
Atau nyala lentera peradaban
Beribu kali terulang
Bangkit tak bisa
Bangun tak mampu

Hanya karena suramnya masa lalu
Ingin dilupakan namun tak mampu
Karena terlalu manis

Serta terlalu pahit
Untuk dihilangkan dari ingatan
Maka sekali-sekali tak akan dicoba lagi

Energinya mubazir
Menjadi semakin terpatri di dalam otak ini

Bukannya menghilang
Mendalami setiap titik tragis perputaran
roda

Menggali cermin untuk masa depan
berkilau
Itulah sewajarnya
Tak usah melakukan apa-apa

Diam, diam dan maju ke depan
Membawa asa gapai impian

Menoleh ke belakang sebagai rambu
perjalanan

Untuk menghindari lubang hitam kekalahan

Maka jangan dilupakan
Tapi diikhlaskan....

Jumat, 18 Mei 2012

Aku tak sempurna






bukan mata yang terpejam dalam istirahat panjang
bukan mimpi indah yang teratur karena lelah
aku lengah dan lupa akan kenyataan

tak sempat menyapa dalam sua dingin membisu
kalbu yang layu dan lesu
hingga tak mendengar seruan kebenaran

aku bangkit dari keterpurukan
dari lunglai yang membinasakan
menjauh dari hati yang lumpuh
dalam nyenyeknya fatamorgana
dan aku terjatuh bersimpuh di hadapan nafsu yang meraja

dan kepadanya aku menghamba
anugrah berlimpah tak terkira,
kebenaran yang terabaikan
akan nikmat sang pencipta

karunia-Nya melampaui semua pengharapan
tunai terbayarkan tanpa pernah diminta
aku insaf…

kupersembahkan amal shalih kepada-Nya
namun sebanyak apapun takkan pernah sebanding
dengan Karunia-Nya

syukur menjadi kewajiban tanpa batas waktu
mengiringi rasa malu akan kekurangan
dan kealpaan diri yang penuh cacat dengan noda-noda dosa

tak ada jalan lain selain membersihkan hati
tak ada jalan lain selain mengakui kekurangan diri
dengan hati yang menyerah
memuji akan nikmat-Nya

serta berharap baraqah dari-Nya
hingga kalimah taubah dan istighfar
meluncur mulus dari lisan dengan mulus



Kamis, 17 Mei 2012

Kecelakaan pesawat Sukhoi


Kecelakaan Sukhoi Mengingatkanku Kepada Kematianku…!

Oleh: Fika Hokama





 Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

 Resah aku bila mengingat mati…!

Perasaan itulah yang aku rasakan ketika mendengar berita dari media dalam negeri maupun luar negeri dan juga berita dalam radio dan televisi tentang jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 berpenumpang 45 termasuk 8 awaknya. Burung besi buatan Rusia itu menabrak tebing di Puncak Gunung Salak I yang memiliki ketinggian 2.211 meter di atas permukaan laut atau sekitar 7.253 kaki. Pesawat itu terhempas pada ketinggian 5.800 kaki (vivanews.com).

Ya Allah ampuni aku, ampuni juga mereka… ya Allah kasihanilah mereka, selamatkan mereka, hanya Engkau tempat meminta pertolongan , tidak ada yang lain…ya Allah bila memang saudara-saudaraku dalam kecelakaan itu sudah tiba saatnya Engkau panggil untuk kembali ke sisi-Mu dan menyudahi semua aktivitas di dunia, maka kembalikanlah mereka dengan mendapat ridha dan ampunan-Mu… begitu doaku dan harapanku untuk mereka saudara-saudaraku.

Seberat apapun musibah yang menimpa manusia dalam sebuah kecelakaan tabrakan Mobil misalnya, jika Allah belum berkehendak korban itu naas pada waktu kejadian, maka bersyukurlah dia akan selamat dan hikmahnya mungkin Allah masih berkenan untuk memberi kesempatan yang ke dua agar korban itu menjadi manusia yang lebih baik lagi dan ketika meninggalkan dunia dia dalam keadaan mendapat Ridha dan ampunan Allah SWT. Ada juga yang langsung meninggal di tempat kejadian…

inna lillah wa inna ilaihi roji’uun.
Orang yang beriman harus percaya bahwa kematian itu benar adanya dan pasti setiap orang akan mengalaminya, seperti firman Allah SWT; yang artinya: “Tiap-tiap jiwa akan merasakan (pedihnya) mati…”  (Aali ‘Imraan: 185).

Maka bagaimana mungkin, kita santai menghadapi kematian dan tidak ada upaya selalu mengingat mati yang pasti akan terjadi kepada setiap manusia. Kita juga jarang mengingat Allah dan meminta ampun kepada Allah padahal kesalahan itu dimana pun sengaja atau tidak sengaja akan terjadi , sudah selayaknya kita istighfar meminta ampun kepada-Nya setiap saat agar jika Malaikat Izroil pencabut nyawa itu datang tidak memberatkan sakaratul maut kita.
Ulama Ibnul Qayyim mengatakan “Orang yang paling cerdas adalah orang yang selalu mengingat kematian dan mempersiapkan kematiannya dengan matang”.

Detik-Detik Malaikat Izroil akan Mencabut Nyawa Manusia Paling Mulia di sisi Allah…
Astaghfirullah ampuni hamba ya Allah… orang yang belum mati, sudah pasti belum mengalami yang namanya sakaratul maut. Sekalipun dalam al Qur’an dan al Hadits banyak menggambarkan dan menjelaskan tentang Sakaratul Maut. Atau buku-buku yang di jual di Gramedia semua menggambarkan dan menjelaskan tentang Kematian, manusia tetap tak akan bisa merasakan sakaratul maut itu kecuali jika saatnya telah tiba.

Pelajaran yang paling berharga tentang kematian sepanjang sejarah adalah masa akhir hidup Rasulullah. Dan tahukah Anda wahai saudara-saudaraku, bagaimana detik-detik menjelang sakaratul maut Rasulullah? Kita tahu beliau adalah manusia paling mulia, paling sempurna, dan terbebas dari kesalahan. Tetapi, beliau masih merasakan pedihnya yang namanya sakaratul maut.  Rasulullah terbaring lemas tak berdaya di atas pelepah kurma. Tibalah saatnya malakul maut (Izroil) datang dan Fatimah membukakan pintu untuknya, malaikat Jibril juga tengah bersiap-siap dari langit untuk turun ke bumi. Keadaan Rasulullah semakin melemah dan tambah melemah. Singkat kisah, setelah Rasul meminta kepada Jibril untuk menjelaskan apa hak-haknya di hadapan Allah? Dan meminta Jibril untuk mengabarkan nasib Umatnya setelah sepeninggal Rasulullah SAW?

 Setelah Jibril menjawab dua pertanyaan yang diminta oleh Rasulullah, Jibril berkata lagi” Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. “Perlahan ruh Rasulullah ditarik tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.” Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah dan Ali tak kuasa mendengarnya, sedangkan Jibril membuang muka. “Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril? “Tanya Rasulullah lemas pada Malaikat pengantar wahyu itu. ” Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril sedih.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. “Ya Allah, dahsyat niat maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. “Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya; “peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu.”  Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.“Ummatii, ummatii, ummatiii?” Dan akhirnya berakhir sudah masa hidup manusia paling mulia, manusia contoh seluruh Umat di jagat raya ini.

Ya Allah bagaimana mungkin aku melewati sakaratul maut yang mengerikan ini. Bagaimana tidak menyedihkan, bagaimana bisa kita berani menghadapi kematian dengan amal baik pas-pasan, sedangkan amal buruk lebih banyak. Rasulullah saja, manusia yang paling mulia di sisi Allah, terlepas dari segala kesalahan yang Ia perbuat, qudwah atau contoh bagi semua Makhluk di dunia ini masih merasakan beratnya sakaratul maut. Terbukti ketika ruh di tarik dari jasad, Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang, Rasulullah juga mengaduh dan memekik kesakitan sampai-sampai Jibril berpaling muka karena tidak tega melihat kekasih Allah kesakitan yang tiada taranya. Dari saking dahsyatnya sakaratul maut itu pula, Rasulullah tidak ingin Umatnya merasakan kepedihan yang sama. Subhanallah…aku sangat terharu. Dan menyesali diri ketika teringat ajaran Rasulullah yang terlewati karena lalai.

Kematian secara datang tiba-tiba tidak pandang bulu, semua mengalami, Rasulullah kekasih Allah, para sahabat, para tabi’in, ulama’, artis, actor, yang tua dan yang muda, da’i, orang baik dan orang buruk, pejabat atau rakyat biasa dan lain sebagainya. Bahkan saya dan kita semua akan mengalami yang namanya kematian.

Banyak Hikmah dari Kejadian Terjatuhnya Sukhoi…!

Masih belumkah peristiwa Sukhoi Super Jet 100 mengingatkan kita semua kepada kematian…? Dan masih banyak peristiwa-peristiwa di Indonesia yang terjadi kecelakaan di udara, di lautan dan di daratan yang bisa kita ambil Hikmahnya. Mari lunakkan hati keras kita. Renungkanlah, dan ambil pelajarannya bagaimana seandainya aku, kita yang berada di posisi menjadi penumpang pesawat naas itu. Apa yang bisa kita perbuat di saat situasi dan kondisi sudah tidak memihak kita untuk hidup.

Kita hanya pasrah menunggu pertolongan Allah yang Maha dahsyat. Masihkah kita ingin berlama-lama dengan berbuat maksiat kepada Allah, tidak merasa malu di beri umur panjang…? Padahal kesempatan untuk bertaubat memperbaiki amal-amal buruk menjadi amal baik masih banyak waktu dan usia. Hentikan durhaka kepada orang tua, berbohong, meninggalkan shalat, berzina, minum khamr, menggunjing saudara kita, zhalim kepada manusia, membunuh, memakan harta anak yatim, tidak jujur, mencuri, juga hentikan korupsi bagi pejabat dan wakil rakyat memakan uang rakyat dan lain-lain. Itu semua hanya mempersulit sakaratul maut kita semua.

Coba bayangkan. Hantaman pesawat Sukhoi dengan tebing Gunung Salak benar-benar dahsyat! Karena dahsyatnya hantaman membuat pesawat terbakar, terlihat di area dinding tebing ada sisa-sisa bekas terbakar. Dan terlihat gundul pepohonan sekitar jatuhnya pesawat Sukhoi itu. Ini berita bisa di lihat (sindonews.com). Ampuni para penumpang Sukhoi ya Rabb…  Jadikanlah kecelakaan itu dan rasa sakit yang mereka alami penebus dosa mereka ya Allah dan terimalah mereka di sisi-Mu. Dan masukkanlah mereka ke surga.

Tidak seorang pun penumpang Sukhoi yang menduga bahwa kematian sedang mengintai mereka, bahkan kita pun tidak menduga. Sebelum pesawat lepas landas dari bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta, para penumpang sangat ceria dan bahagia tidak ada gurat kesedihan yang membuat wajah mereka mendung, mereka masih sempat berfoto-foto, dan keberadaan pesawat masih terdeteksi. Begitulah memang bila tiba saatnya, Allah SWT pasti memutuskan kapan manusia itu akan d ambil nyawanya oleh utusan-Nya Malaikatul Maut Izrail akan datang menjemput tepat pada waktu dan tempat yang telah ditentukan-Nya.

Waktu dan tempat yang Allah tetapkan untuk datangnya kematian tidak akan pernah meleset dan salah sedikit pun. Silakan saja manusia membuat alat transportasi baik itu transportasi daratan, lautan dan udara, setelah itu buat misalnya pesawat yang sangat canggih anti gores, anti penyok, anti kebakaran, anti benturan dan tidak ada tandinganya di dunia ini. Lalu manusia merasa aman dengan perlindungan yang dimiliki oleh pesawat tersebut dan akan terhindar dari mara bahaya yang mengakibatkan kematian, sedangkan hati dan pikiran lupa kepada Allah yang Maha melindungi. Atau buat saja bangunan yang sangat kuat di jagat raya ini untuk menghindar dari kematian, bangunan itu anti rusak, anti banjir, anti gempa, anti tsunami dll. Ingat…! Semua itu tidak akan membuat keputusan Allah salah atau meleset ataupun berubah. Kematian itu akan tetap datang walaupun tanpa persetujuan manusia.

Allah berfirman; “Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun” (Al A’raf: 34)
“Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan dikerjakannya esok, dan tidak seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati….” (Al Luqman: 34)
Saya yakin orang yang mengaku Islam pasti paham apa maksud ayat tersebut.

Ke mana Kita Hendak Lari…?

Pada kenyataannya kematian tidak bisa kita hindari, manusia tidak akan sanggup karena tidak seorang pun yang tahu rahasia Allah tentang kematian itu dan hal itu sangat misteri. Kematian itu sudah fitrah manusia karena setiap yang hidup pasti mati. Allah hanya mengingatkan bahwa setiap jiwa akan mengalami yang namanya kematian, di mana saja kita berada di dalam negeri atau di luar negeri, di rumah atau di dalam rumah, di daratan atau di lautan. Tidak ada satu tempat pun yang bisa melindungi kita dari kematian. Kematian akan selalu bersama kita, hanya Rahmat Allah yang akan mengubah ketetapan. Allah berfirman; “Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun” (Al A’raf: 34)

Kata Allah tidak akan rugi orang yang beriman dan berbuat kebaikan, saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran. Hal itu semua akan memberatkan timbangan amal baik kita di yaumul hisab atau hari perhitungan tentunya dengan melewati kematian dahulu. Kita semua berharap sakaratul maut yang akan kita alami nanti mudah dan tidak terlalu pedih karena Rasulullah saja merasakan sakitnya Sakaratul maut.

Mari perbanyak amal shalih (baik) dari sekarang, mumpung nyawa masih di kandung badan. Bila kematian telah tiba saatnya sudah tidak lagi negosiasi atau tawar menawar agar di tunda waktu kematian, tidak ada lagi kesempatan memperbaiki amal dan bertaubat, semua sudah terlambat karena nyawa sudah berada dalam ujung tenggorokan. Perbanyaklah istighfar kepada Allah, hanya rahmat Allah yang akan menolong kita dari buruknya sakaratul maut. Dan semoga kita selalu di lindungi oleh Allah SWT ke manapun kita pergi dan kapanpun kita pergi. Aamiin…

Semoga tulisan ini bermanfaat untuk bekal menuju kematian yang akan datang secara tiba-tiba. Dan semoga Allah mengampuni kita semua baik di dunia maupun di akhirat.

Mari konsep hidup kita dengan baik, sesuai apa yang telah Allah tuliskan dalam Kitabnya dan seperti perbuatan yang Rasulullah contohkan. Agar kita sukses menjadi hamba Allah yang cinta dunia untuk bekal akhirat. Dan agar kita bisa mengakhiri hidup ini dengan Khusnul Khatimah.
Wallahua’lam bis showaab.

Silahkan saling berbagi dan ambil ibrahnya renungkanlah..bukan menakuti-nakuti tapi kita semua akan mendapat giliran itu dan saat ini kita sedang antri tuk mendapatkan tiket tersebut.....sudah siapkah bekal yang akan kita bawa tuk perjalanan yang amat panjang dan melelahkan ini....?
semoga setiap langkah kita mendapatkan ridho-Nya.....

salam santunku: Shalsyabela_________^_^_____


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/05/20445/kecelakaan-sukhoi-mengingatkanku-kepada-kematianku/#ixzz1vCK1lvGG

Ta'aruf





                                       Apa dan Bagaimana sih
                                                 Ta'aruf itu.
                                     ===================



Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Ta’aruf merupakan istilah yang dirasa
sangat penting sebelum memutuskan
untuk menuju ke jenjang pernikahan.
Secara harfiah mengandung arti
berkenalan, namun yang saya maksudkan
adalah ta’aruf menuju ke tahap
pernikahan.

Jadi jika ada orang yang
mengajak kita untuk berta’aruf,
sebelumnya tanyakan dulu ke dia, apakah
ta’aruf untuk menuju jenjang pernikahan
atau hanya sebatas berkenalan dan saling
mengetahui aja.
Saya yakin istilah ta’aruf sudah sangat
akrab di kuping setiap muslim, tapi
dijalani tanpa dasar yang jelas, bahkan
salah dalam mengartikan. Jadi saya ingin
menjelaskan apa itu ta’aruf dan
bagaimana sih dia.
Berikut ini merupakan aturan main yang
selayaknya dilakukan dalam Ta’aruf dalam
pemahaman saya. Karena selama ini saya
menginginkan untuk melakukannya
namun belum tercapai.

A. Ketentuan dalam Ta’aruf :

1. Ta’aruf tidak harus berlanjut dengan
Pernikahan

Ta’aruf merupakan proses penjajakan
atau pendekatan untuk saling mengenal
satu sama lain. Jadi dari hal tersebut tidak
harus sampai ke pelaminan. Jika Allah
SWT memang mengijinkan, maka
berbahagialah untuk menempuh hidup
baru. Namun jika akhirnya tidak jadian
( Wah kayak pacaran nih ) diharapkan
tidak kecewa dan tidak tersakiti hatinya.
Yang tidak kalah penting, masing-masing
pihak mampu menjaga rahasia.

2. Ta’aruf merupakan proses 1 – 1
Ini berarti bahwa, seorang laki-laki hanya
berta’aruf dengan satu wanita dan
sebaliknya. Jangan sampe satu orang
berta’aruf dengan orang banyak. Hal ini
dengan maksud Ta’aruf mempunyai hak
eksklusif yang melekat pada masa itu
seperti kebolehan melihat fisik (dari luar
bukan ke dalam) dan menggali informasi
sebanyak-banyaknya. Proses ta’aruf
mempunyai privasi tersendiri bagi yang
sedang melaksanakan. Semisal kita
sedang berta’aruf dengan si A, maka
urusan kita hanyalah dengan si A. Coba
kalau kita berta’aruf dengan si A tapi juga
dengan si B dan si A juga berta’aruf
dengan si Z. Gitu aja sudah ribet, gimana
kalau tiba-tiba orang yang sedang kita
ajak ta’aruf dipinang/dikhitbah orang
duluan?? Bisa berantakan kan??? Maka
dari itu kita harus berani satu lawan satu,
OK!!!

3. Ta’aruf berkomitmen untuk
menikah, itulah yang membedakan
dengan Pacaran.
Biasanya dalam ta’aruf tersimpan
komitmen untuk menikah (Jika cocok).
Dan kecocokan itu berasal dari
perkenalan yang langsung mengoreksi
keterangan masing secara detail.

Lebih
baiknya saat mengoreksi keterangan
didampingi oleh orang tua si Target.
Tentu saja dari ta’aruf ada perbedaan
dengan proses perkenalan lain, seperti
pacaran yang katanya untuk saling
mengenal perbedaannya terletak pada
data – data yang boleh diberikan. Pada
ta’aruf data yang diberikan harus secara
detail dari kebaikan hingga keburukan.
Bukan seperti pacaran, yang dinampakkan
hanya kebaikan saja ( Ga usah bohong
yang udah merasakan !!!)

4. Bersikap Jujur dan Apa Adanya.
Ini merupakan salah satu syarat penting
dalam ta’aruf. Dimana ta’aruf harus mau
memberikan data secara detail dari
kebaikan sampe kaburukan masing –
masing. Dari sikap keseharian, baik dalam
berprilaku hingga saat tidur. Hal ini untuk
menghindari kekecewaan di suatu hari
nanti jika berlangsung dengan
pernikahan.

B. Apa saja yang harus di Ta’aruf-
kan???

1. Pemikiran.
Bagaimanapun juga, pemikiran serta pola
piker itu berpengaruh pada perilaku dan
tindakan. Bagaimana nantinya
membangun Rumah Tangga dan
mengasuh anak. Terkadang orang itu
berpikir terlalu simple bahwa yang
penting itu hanya akidahnya saja. Kalau
cuma berpikir seperti itu, umat Islam di
dunia tidak akan berperang dan
mengalami perpecahan.

2. Fisik
Wah-wah, yang ini sudah sangat jelas
sekali. Untuk mengetahui fisik itu tidak
bisa hanya diwakili oleh selembar foto
dan suara dalam kaset. Eiiitt!! Tapi jangan
terburu-buru seperti cara Umar yang
menyingkap pakaian wanita untuk melihat
betis dan para sahabatnya yang
mengintip dari atap rumah. Bisa-bisa
kalau ketahuan bisa diteriaki MALING…!!!!

Jadi gimana dong?? Ketemu langsung
untuk mengetahui kurus atau gemuk,
seberapa tinggi dsb. Tentang fisik ini juga
menyakup tentang penyakit yang sedang
dan pernah diderita. Yang paling
penting…ketahui kekurangan fisik juga
yang lainya. Misal, dia tidak punya gigi
geraham,, hehe kan payah .. (^_^).

3. Ibadah dan pemahaman agama.
Ini menjadi sangat penting untuk
mengetahui kemampuan dan keimanan
seseorang. Dari ibadah yang dia lakukan
dan seberapa dalam pemahaman
agamanya. Ini untuk menghindari
kesalahan dalam berperilaku. Orang yang
paham agama dan beriman serta
bertakwa akan selalu berhati-hati dalam
bertindak dan berperilaku.

4. Akhlak yang biasa disebut Sifat.
Allah bilang kalo Muhammad itu diutus
utk memperbaiki akhlak manusia. Jadi
akhlak itu sgt penting utk diketahui. Ya
masing2 pihak hrs tahu dong gimana
sifat2 pihak lain apakah cengeng,
pemarah, dermawan, suka usil, sering
dengki dsb. Setuju ya??

5. Kondisi keluarga
Jika ta’aruf berlanjut ke arah pernikahan.
Pernikahan itu kan gak cuma menyatukan
dua org anak manusia tetapi juga dua
buah keluarga yg memiliki kondisi
berbeda,maka selayaknya sebelum terjadi
pernikahan keduanya harus saling
mengetahui kondisi keluarga masing-
masing. A ke B dan B ke A.

Ilmu Ta’aruf dari kitab Fiqih tentang
Pernikahan. Di pahami dan dijelaskan
melalui bahasa yang sederhana dan lebih
mudah dipahami.

salam santunku....^_^

Beginikah cinta








Aku berlari dengan nafas memburu. Otakku seakan berhenti berpikir, dada sesak, penuh, semua sesal dan sedih berkecamuk jadi satu. Kususuri jalanan kampus yang masih sedikit basah karena hujan kemarin malam. Aku benar-benar kalut. Bingung. Pikiranku mulai bergumam sendiri dengan batinku.
“Beginikah jadinya? Beginikah rasanya mengakhirkan harapan?
Beginikah rasanya menghentikan cinta yang sudah terlanjur dalam?
Aku harus berkata apa? Bertanya pada siapa?”

Jalanan ini tentu saja takkan memberi jawab. Sore menuju senja yang selalu indah ini tentu saja takkan menenangkanku. Aku tak bisa berbuat apa-apa selain kekalutan yang luar biasa menghinggapi dada.
“Haruskah melepasmu cinta? Melepas segala rasa yang tumbuh subur merekah hingga kini dan entah kapan berakhirnya?
Haruskah ku bunga jauh-jauh penggal harap yang entah kenapa masih membuatku sesak ketika kutahu aku tak bisa memilikimu cinta?
Haruskah aku membalikkan semua waktu agar perasaan ini tidak pernah ada di dalam diri? Atau setidaknya…
Ahh… Allah… mungkinkah kau izinkan aku mengembalikan kekosongan jiwa agar yang terisi hanya KAMU? Hanya KAMU ya Rabb… Hanya KAMU… hanya KAMU yang kucinta. Mungkinkah ya Rabb?”

Dadaku semakin sesak. Air mata lagi-lagi dengan tak sopannya keluar tanpa pernah mau kuperintahkan. Aku laki-laki, dan kini aku menangis.
“Aku benci dengan perasaan ini. Benci dengan keadaan ini.
Aku sadar aku harus bangkit. Tak boleh lemah hanya karena kehilangan kesempatan merealisasikan harapku.
Aku tak boleh kalah, hanya karena imaji yang sedari dulu kubangun akhirnya pergi dan menghilang tanpa bekas. Aku benci dengan semua perasaan yang telah porak-poranda ini. Aku harus bangkit. Tak boleh seperti ini.”
Kukuat-kuatkan hatiku agar tetap seperti dulu. Tenang dan segar. Namun percuma. Setiap larian kecilku mengelilingi kampus hijau ini, membuatku semakin tergugu. Pikiranku tak bisa untuk kuhentikan dalam mengingat sang permata jiwa. Semua kenangan seperti tergambar jelas di benakku. Kenangan tentangnya semua menyeruak tanpa tahu betapa aku sakit ketika mulai mengingatnya.
Cinta… atau entah apa namanya. Kenapa begitu mempengaruhiku hingga semua alam rasionalku pergi entah kenapa. Maryam Syakila, sosok itu. Yang mengisi penggal harapku hingga detik ini terus saja berkeliling di alam pikirku.

“Sedalam inikah perasaanku? Separah inikah aku tenggelam dalam cinta yang semu?
Jika memilikimu bukanlah takdirku, maka tolong berilah aku kesempatan untuk pergi darimu. Sejenak melupakan apapun tentangmu.
Aku ingin amnesia sejenak, tak pernah mengenal siapapun terutama kamu dari hidupku. Ini terlalu menghempaskan. Merebut semua rasaku.
Aku mati, mati rasa.
Dalam kekakuan, kebekuan, namamu masih saja ada. Harus ku kata apa, jika memang segalanya begitu dalam terasa? Harus kubilang apa cinta?”

Aku membodoh-bodohkan diriku sendiri setelah melewati lebih dari 3 kilometer. Berlari tanpa arah. Pikiranku tertuju kembali mengenang kisah usaha untuk melamar Maryam Syakila selama 2 pekan ini.
“Mohon maaf, apakah Zahra bisa membantuku mencari tahu perihal Maryam Syakila? Bukankah dia sahabatmu sejak SMA?” Sapaku kepada Zahra, sahabat dekat Maryam semenjak SMA. Setahuku mereka memang masih dekat hingga sama-sama melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia (UI). Kukirim email singkat ini kepadanya.

Jangan Tanya degupan jantungku saat itu. Aku begitu tegang tak terkira. Ini adalah momen yang sudah kutunggu sejak lama. Sudah 9 tahun, aku mengagumi sosok bernama Maryam Syakila. Dia sederhana, tak banyak bicara, namun cerdas dan mempesona. Apalagi yang mau kukata jika dia telah menjadi yang pertama dalam perasaanku, dan entah kapan lagi aku bisa mengakhirkan segala rasa ini. Perasaanku semakin dibuat tak karuan ketika mengetahui keshalihannya.

Semenjak SMA, baju seragamnya yang panjang ditutupi dengan jilbab yang terurai indah sampai ke dadanya membuat jantungku semakin berdetak kencang setiap kali bertemu dengannya. Aku harus berkata apa, jika cinta telah merenggut habis semua perasaanku? Aku hendak menghentikan segalanya, namun segala tentangnya telah merebut habis setiap sisi hatiku. Aku juga hendak menghentikan segala pengaruh tentangnya, tapi apa lagi yang mampu ku buat, ketika penantian hamper 10 tahun ini, akhirnya datang juga. Ini kesempatan terbaikku untuk merealisasikan imaji, harap, dan doa yang sudah kusimpan erat sejak dulu. Aku harus melamarnya dan menjadikannya istimewa dalam nyata. Itu saja. Tak ada yang lain yang aku siapkan dan pikirkan selain merealisasikan segala rencana untuk menikah dengannya.

“Oh ya… Alhamdulillah saya masih sering berkomunikasi dengannya. Ada apa ya?” Zahra membalas emailku melalui YM yang kuhidupkan sejak tadi.

“Hmmm… Saya hendak menjalankan salah satu sunnah Rasul. Saya ingin tahu apakah Maryam Syakila sedang proses Ta’aruf atau telah di khitbah oleh seseorang? Jika tidak, saya ingin melamarnya…” Jawabku tanpa pikir panjang. Buatku ini melegakan.
“Oalah…”  Jawab Zahra sedikit kaget.

“ :) ” Aku membalasnya dengan icon tersenyum, memahami kekagetannya.
“Baiklah Rangga. Tunggu aja ya kabarnya dalam 1-2 hari ini. Insya Allah akan saya beritahukan informasinya…” Tutup Zahra

Sudah 2 pekan ini, malam-malamku adalah malam-malam penghambaan penuh khusyu kepada Allah. Aku mengirimkan doa terindah kepada-Nya, berharap DIA berkenan mempertemukanku dengan Maryam. Berharap segala daya dan usaha yang kulakukan hingga saat ini diberkahi dengan sebuah momen terindah yang telah kupatrikan dalam do’a-do’aku selama 9 tahun ini. Aku hanya berharap memilikinya, itu saja.
Esoknya, aku menerima sms singkat dari Zahra yang memberitahukan info lengkap soal Maryam ada di inbox emailku.

Aku buru-buru membuka emailku berharap ada berita yang melapangkan jiwaku. Namun betapa kagetnya, ternyata isi email yang dikirimkan Zahra kepadaku sungguh berbeda dengan yang kukira.
“Mohon maaf Rangga… Saya sudah mengecek kondisi Maryam, terkait kesempatanmu untuk melamarnya. Saat ini, dia sudah di khitbah oleh seorang ikhwan dan Insya Allah akan melangsungkan akad dan walimahannya bulan Desember tahun ini…”

Hilang sudah… Pecah… Semua harapan itu sirna. Aku terlambat, sangat terlambat. Tubuhku bergetar seketika, hatiku tak bisa berkata apa-apa selain merasai kekalutan yang luar biasa. Aku terdiam, dan tak sadar, air mataku dengan sendirinya mengalir.

Habis sudah… kering… tak ada lagi harapan yang ku bangun bertahun-tahun. Aku memang lambat, aku memang bodoh, aku memang kerdil. Kenapa sedari dulu aku tidak memulai duluan untuk melamarnya? Kenapa dari dulu aku tidak berani merealisasikan segala macam perasaan ini agar mampu bersama dengannya? Kenapa?

Beribu pertanyaan berkecamuk di dada. Lebih dari itu, aku menyesal, begitu menyesal. Kenapa aku begitu terlambat membuat keinginan yang kubangun sejak 9 tahun ini menjadi nyata. Kenapa?
Aku membodoh-bodohi diriku sendiri karena terlalu lama dalam beraksi. Jika aku cinta, harusnya aku lebih berani dari siapapun. Jika aku cinta, harusnya aku tak menunggu lama. Dan jika ini gagal, harusnya aku tak sesedih ini, aku tak sehancur ini. Tapi kenapa?
Perasaan yang tak karu-karuan itu aku larikan hingga sore ini. Jalanan di sekitar kampus masih kususuri sembari mengingat kegagalan melamar Maryam Syakila.

“Andai pesonamu hanya sesederhana bunga jalanan…
Maka mungkin sedari dulu telah kulupa…
Tapi pesonamu adalah pesona edelweiss yang sulit tuk kugapai dan kupetik tangkainya.
Pesonamu adalah pesona menggetarkan yang terpancar dari kecintaanmu pada Allah bersama orang-orang yang mencintai-Nya.
Jika sebegitu kuat pesonamu menarikku, apa lagi yang harus kukata jika memang padamu, segala cinta ini telah terenggut?”
Aku menangis lagi, mengingat puisi sederhana itu kutulis beberapa saat setelah menerima email dari Zahra. Sungguh ini begitu berat terasa. Aku sungguh idiot, sungguh tolol, bagaimana bisa aku mengingatnya dalam ingatannya yang begitu sulit untuk kulupa.

“Jika GAGAL, maka lupakan…”
Teringat nasihat dari seorang sahabatku. Aku harusnya mampu melupakannya. Melupakan Maryam Syakila dalam setiap sisi hatiku.
Lagi-lagi kukuatkan diriku agar mampu melewatinya. Keringatku mulai bercucuran ketika mendekati gedung Fakultas Teknik, menuju labku. “aku harus tenang… Sabar…” Kucoba menguatkan hatiku walau pikiranku masih kalut.

***

Sejak ba’da Isya tadi, aku sudah rebahan. Sepertinya tubuhku lelah karena menangis. Sebeginikah parahkah? Aku bahkan tak mampu memikirkan sebelumnya kalau efeknya akan begitu hebatnya. Mataku baru terpejam beberapa jam kemudian.

Samar-samar aku terbangun, di kamar kos-kosanku yang sederhana. Lampu masih kumatikan semenjak istirahat tadi, gelap di sekeliling ruangan. Kuhidupkan handphone-ku melihat jika ada pesan penting yang masuk sekalian melirik jam berapa sekarang. Sudah 04.00 dini hari rupanya. Aku tertidur cukup lama.
Kubuka selimut yang menghangatkan tidurku sejak semalam, kemudian menuju kamar mandi dan mengambil wudhu. Apalagi kini yang tersisa, selain Allah sebagai zat terbaik untuk mengadu?
4 raka’at awal kulewati dengan luruh air mata yang tak terbendung.

“Allah…
Beginikah jadinya jika aku berani bermain hati? Beginikah jadinya jika aku menyisihkan cinta-Mu yang agung dan begitu purna? Beginikah akibatnya?
Ampuni aku, dalam khilafku akibat salah di masa lalu. Beri aku waktu untuk menyembuhkan segala kotoran di hati ini agar yang ada hanya KAMU ya Rabb…”
Doa it uterus ku ulang-ulang.

Memasuki Rakaat ke-6 Tahajjudku. Air mataku semakin tak tertahankan.
“Apa lagi Rangga… Apa lagi yang mau kau katakan kepada Allah? Bentuk protes apa lagi yang hendak kau kirimkan kepada-Nya jika Allah telah memberi segalanya. Allah telah memudahkan studi S1-mu, meski tanpa biaya orang tua, Allah memudahkan jalanmu untuk meraih prestasi membanggakan selama studimu. Allah mudahkan hidupmu dengan pertemuan bersama orang-orang shalih yang menenangkan dan penuh nasihat, Allah mencelupkanmu dalam balutan kasih saying-Nya untuk senantiasa mengingat-Nya, Allah memberimu nikmat yang tak terhitung jumlahnya.

Lalu kini? Jika hanya seorang Maryam Syakila yang tak bisa kau miliki. Haruskah kau hentikan rasa syukurmu? Haruskah kau habiskan harimu dengan sederetan pelarian dari jalan Allah sebagai bentuk betapa kecewanya dirimu kepada Allah? Haruskah Rangga? Haruskah… Sedang mencintai Allah itu membahagiakan… Memiliki Allah itu adalah kenikmatan yang tiada duanya.

Makhluk-Nya? Mengharap mereka adalah sebuah kebodohan, mencintai mereka dengan penuh seluruh adalah kejahiliyahan. Apa lagi Rangga? Apalagi yang tersisa selain ini adalah akibat dari kesalahanmu memelihara rasa. Jika berani, seharusnya sedari dulu kamu mulai berusaha untuk memilikinya dalam balutan ikatan suci yang indah. Tapi jika tak sanggup, seharusnya kamu TEGAS dengan hatimu. TEGAS dengan rasamu. Jika ia bukan untuk cinta yang halal, maka takkan kurasakan. Seharusnya begitu Rangga… seharusnya begitu”

Aku semakin tergugu hingga di akhir witirku. Tubuhku bergetar hebat. Rasa malu begitu terasa di dalam jiwaku. Sungguh betapa hinanya aku menangisi seorang Maryam Syakila hanya karena sebuah penolakan dan keadaan yang sebenarnya begitu sederhana saja. Tidak seharusnya aku larut dalam kesedihan yang sebagian besar karena ulahku. Kenapa aku sebegini terlukanya, sedang Allah telah menyediakan begitu banyak hikmah dan nikmat yang ada di tiap lembar hariku. Kenapa aku se sedih ini sedang Allah telah banyak memberiku kesempatan untuk melejit, melangkah, dan berbuat banyak hal untuk dunia. Ahh… aku kalah, kalah dengan godaan syetan yang memabukkan rasa di dalam dada.

Kukuatkan diriku ketika muhasabahku terhenti dengan lantunan azan subuh di Masjid dekat kos-kosanku.
“Aku harus memulai hariku yang baru… Penuh semangat… Penuh Antusias… Aku harus menghapus semua kenangan tentang Maryam… sekecil apapun aku harus menghapusnya…” Sahutku.

Subuh itu. Adalah subuh penghambaan penuh kekhusyuan yang pernah kurasa dalam hidupku.
“Allah… Jika dia memang bukan yang terbaik bagiku… Maka gantikanlah yang lebih darinya… Shalihkan diriku hingga aku mampu memiliki seorang permata jiwa yang juga seshalih diriku. Sempurnakan agamaku dengan seseorang yang akan kucintai sepenuh jiwaku Dan akan kujadikan ia sebagai belahan hati terindah di dunia. Namun jagalah agar hati ini selalu ada KAMU ya Rabb… hanya ada KAMU… bukan yang lain…”
Kuseka air mataku yang masih mengalir di ujung doa ku subuh ini. Mencoba menguati hati agar mampu melangkah.
“Jika tak hari ini, maka aku akan kalah selamanya…”


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/01/17889/beginikah-cinta/#ixzz1vBABpfDO

Ta'arufmu salah lngkah





Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Langit kemerah-merahan yang menyelimuti alam tempat tinggalku mulai merona dengan barisan awan-awannya di medan senja.  Aku yang duduk di bawahnya terusik pada iringan kisah masa laluku yang membuat hatiku sering diserang rasa dag dig dug tidak karuan. Traumatik rasanya. Ya… benar, benar-benar traumatik. Bagaimana tidak, cinta memang perkara fitrah namun kali ini cinta itu dibalut dengan kesalahpahaman manusia dalam mengartikan kata ta’aruf.

Beberapa waktu silam ketika aku beranjak dari dunia putih abu-abu, rasanya bebas sudah segala beban yang terus menerpa otak kiriku. Sedikit istirahat dari banyak buku yang menumpuk di meja belajar. Saat itu, mulailah aku melamar di salah satu lembaga kesehatan yang berbasis islamik, tak menunggu lama akhirnya aku diterima sebagai salah satu tenaga medis di sana. Uh… senangnya. Hatiku meronta-ronta gembira.

Keseharianku yang sudah terlepas dari kewajiban sebagai pelajar, mulai ku isi celah-celah waktu dengan kegiatanku di dunia maya: membaca artikel islami, kata-kata motivasi, serta menggali wawasan keislamanku sebagai muslimah. Tak sengaja ketika aku membaca salah satu postingan Fans Page di situs jejaring social Facebook, aku tersentak kagum pada posting tersebut yang isinya mengisahkan bagaimana harmonisasi cinta Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra yang tidak pernah disentuh oleh kesalahpahaman dalam mengapresiasikan cinta. Sucinya cinta mereka membuatku iri dan ingin menjadikan kisah hidupku dalam perkara cinta layaknya cinta yang dikisahkan mereka. Merasa tertarik, aku iseng-iseng meng-copas (copy-paste) posting tersebut dan ku update dalam status Facebook-ku, barangkali bisa menginspirasi teman-teman Facebook-ku yang lain ketika membaca status ini, dalam benakku berkata.

Wooww… ternyata status yang ku update itu memberikan banyak sumbangan jempol (like) pembacanya. Tak lama room chat Facebook-ku didatangi tamu tak diundang, yang sedikit mengusik aktivitasku di sana. (Siapakah dia?)  Ya, sebut saja dia Si Ikhwan, seorang Ikhwan yang lembut tutur katanya, yang fahim agamanya dan yang smart intelektualnya (-awalnya yang aku tau).

Dia adalah seorang mahasiswa semester awal, jurusan Matematika Science, FMIPA di salah satu Universitas di Tangerang Selatan. Awalnya tak banyak bicara, namun intensitas komunikasi yang tak jarang di Facebook yang pada akhirnya membuat aku dan dia akrab juga. Lama-lama ko’ ada yang aneh ya kalau enggak’ komunikasi sama Ikhwan tersebut, walaupun yang dibicarakan adalah perkara-perkara urgensi seperti keagamaan dan seputar fakta kehidupan baik jasmani maupun ruhiyah. Tak menutup kenyataan hingga pada akhirnya aktivitas chatting dan saling bertukar postingan di Facebook semakin meningkat. Mulai dari memberikanku ucapan selamat dan motivasi karena telah diterimanya aku di salah satu lembaga kesehatan, sampai pada malam hari kelahiranku tiba, Ikhwan tersebut memberikanku banyak kejutan lewat puisi-puisi yang di posting dalam wall Facebook-ku hingga kata-kata yang dituturkannya dalam room chat yang berisi “Dik, Maukah adik menjadi istri kakak dunia dan akhirat”.

 Byuurr…. rasanya hati seperti disiram madu, manis rasanya. Ikhwan menawarkan diri untuk berta’aruf denganku dan berprinsip sebagai seseorang yang anti-pacaran. Seketika aku teringat pada kisah Ali dan Fatimah yang menginspirasiku untuk mengikuti jejak cinta mereka, mungkin ta’aruf adalah solusinya. Malam itu hanya rasa haru yang menyelimuti hati di malam miladku yang ke-17. Mungkin masih tergolong labil untuk belia sepertiku yang baru saja menginjakkan kaki di usia ke-17, apalagi ingin mengarungi hari ke dalam prosesi ta’aruf yang diharapkan akan berujung ke jenjang pernikahan. Saat itu aku tak banyak bicara, dan hanya mengiyakan apa yang dikatakan Sang Ikhwan saat berlangsungnya komunikasi di Facebook.

Sepertiga malam lepas dari obrolan tersebut, aku munajatkan segala isi hati yang menumpuk dalam benakku, istikharah cinta hampir ku lakukan setiap hari untuk memohon kepada-Nya agar jalan ta’aruf ini berjalan sebagaimana yang diinginkan aku dan Ikhwan tersebut. Hem… hari-hariku rasanya semakin sering dihabiskan berkomunikasi dengan Sang Ikhwan walau hanya di Facebook. Beberapa bulan berlalu, akhirnya Ikhwan memintaku agar dia bisa menghubungiku lewat telepon berkenaan dengan masalah urgensi yang terjadi dalam hubungan antara aku dan dia. Jelas pada akhirnya kami berdua bukan saja berkomunikasi lewat jejaring social Facebook tapi juga lewat telepon. Setiap hari Facebook dan telepon selularku dipenuhi dengan kehadiran Sang Ikhwan (ya… yang seperti ini sepertinya bukan lagi disebut ta’aruf) -tapi kala itu yang menguasai hati dan pikiranku adalah tentang dia dan keinginanku untuk menikah.

Melihat hari-hariku yang dipenuhi dengan komunikasi bersama Sang Ikhwan di telepon selular, Ibu, Ayah dan Saudara-saudaraku gerah juga, dan mencoba mencari informasi tentang Ikhwan tersebut, juga sejauh apa hubunganku dengan dia. Aku jelaskan kepada kedua orang tuaku dan saudara-saudaraku mengenai keseriusannya padaku, walau tak sedetik pun aku dan Sang ikhwan tersebut pernah mengenal atau bertemu dalam dunia nyata. Zlep, serentak mereka terkejut dengan apa yang ku katakan, mungkin yang ada dalam benak mereka adalah kekhawatiran dan kewas-wasan yang saat itu juga tergambarkan di paparan raut wajah mereka, aku adalah gadis yang masih sangat belia, labil dan belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk untuk diriku sendiri, mana mungkin aku bisa mengarungi bahtera rumah tangga yang jelas pasti banyak tantangan di dalamnya.

Begitu sekiranya pikiran mereka terhadapku saat itu. Tapi aku mencoba untuk meredam kekhawatiran mereka dengan pemikiranku yang hanya tertuju pada keberlangsungan hubunganku dan Ikhwan. Alhasil mereka tetap tidak menyetujui hubungan ini. Berbagai cara mereka lakukan untuk meyakinkanku bahwa jalan yang ku ambil bersama Ikhwan adalah sebuah kekeliruan, nampaknya seperti terhipnotis oleh segala kelebihan Ikhwan dari segi agama, intelektual dan social, mati-matian aku membela Sang Ikhwan di depan keluargaku sendiri. Jelas mereka jadi sangat memusuhiku, gelar sebagai “Anak Pembangkang” juga telah dinobatkannya padaku.

Sedih rasanya melihat perlakuan keluarga sendiri terhadapku hingga aku putuskan untuk menceritakan hal ini kepada Sang Ikhwan. Aku jelaskan kepada dia apa yang selama ini terjadi antara aku dan keluarga. Sang Ikhwan mencoba menjadi pendengar yang baik bagi hatiku dan menenangkan aku yang dilanda isak tangis kala itu. Entah apa yang telah dia rasuki ke dalam pikiranku, segala dan apa yang dia katakan nampaknya tak sedikit pun aku elakkan, selalu aku percaya apa-apa yang dia katakan dan yang diceritakannya kepadaku. Apa yang dia katakan selalu aku anggap benar, sehingga aku relakan memperjuangkan Sang Ikhwan di hadapan keluarga.

Suatu saat kedua orang tuaku memintaku agar Sang Ikhwan menemui mereka, menjelaskan apa yang terjadi antara aku dan Sang Ikhwan. “Jika Dia memang serius kepadamu, Bawalah Ikhwan tersebut menghadap Ayah dan Ibu” begitu kata mereka. Tak banyak kata, aku menyampaikan pesan Ibu dan Ayah kepada Ikhwan. Tanpa ambil pusing Sang Ikhwan mengiyakan undangan kedua orang tuaku dan berjanji akan menemui mereka. Aku sedikit tenang. Alhamdulillah, semoga pertemuan nanti akan membuka pintu hati keluargaku yang selama ini tertutup untuk kehadiran Sang Ikhwan, demikian hatiku berkata.

Hari berganti hari, janji hanya sekedar janji. Janjinya untuk menemui keluargaku selalu diundur-undur dengan alasan masih banyak pekerjaan yang harus dia urus dan selesaikan, sementara keluarga sudah berkali-kali menagih janji kepadaku. Aku bingung sendiri bagaimana menghadapi kondisi emergency ini. Suatu saat, ketika aku tengah menjalani aktivitas pekerjaanku sebagai tenaga kesehatan di lembaga tempat aku bekerja, seorang laki-laki dengan atasan berlapis jaket hitam dan celana hitam mendatangiku, awalnya aku kira hanya pasien biasa atau pelanggan yang ingin membeli obat, namun laki-laki itu melontarkan banyak pertanyaan seputar kesehatan kepadaku, ku jawab seperlunya dan tidak ingin banyak bicara.

Pembicaraan selesai, laki-laki itu menyodorkan sebuah kitab bahasa Arab kepadaku, dan menjelaskan bahwa dia adalah seseorang yang diberikan kepercayaan dari Ikhwan untuk menyampaikan amanat berupa kitab bahasa Arab tersebut kepadaku. Dengan rasa terkejut dan keheranan hatiku bertanya-tanya “mengapa Ikhwan tersebut menyuruh laki-laki itu yang mengantarkan kitab ini?” Tanpa ambil pusing aku menerima kitab itu, dan laki-laki itupun segera pergi. Sampai di rumah, aku menceritakan kejadian tadi kepada keluarga, keluargaku terkejut dan berfikir sama dengan apa yang ku pikirkan, mengapa tak Ikhwannya langsung yang mengantarkan kitab itu kepadaku.

Beberapa hari setelah kejadian berlangsung, Sang Ikhwan mengirimkanku sebuah pesan singkat, segera ku buka inbox yang masuk di telepon selularku. “Aku dalam perjalanan menuju rumahmu, Malam ini aku akan datang memenuhi undangan orang tuamu”.

Aku terdiam membaca pesan singkat ini, tak ada yang bisa menggambarkan perasaanku saat itu dan tanpa berfikir panjang aku kabarkan berita ini kepada orang tuaku. Aku hanya berharap pertemuan orang tuaku dan dia nanti akan membuka hati keluarga untuk kehadiran Ikhwan serta keberlangsungan hubungan ini, walaupun pertemuan ini telah ditunda-tunda sepihak selama beberapa bulan oleh Si Ikhwan. Tak lama seorang laki-laki berkostumkan kemeja kotak-kotak berlapiskan jaket hitam, bersarung hijau, mengenakan peci, ransel yang menggantung di punggungnya dan sebuah buku yang selalu menempel di tangannya ke manapun dia pergi yang merupakan ciri khas laki-laki tersebut tengah bertamu ke rumahku. Salah satu keluarga mempersilakannya duduk dan menunggu. Aku yang masih di dalam rumah mencoba melihat di balik jendela kamarku dan memastikan siapa orang yang tengah bertamu itu.

Ku intip sedikit dan… Huuzsshhh, “bukankah yang seharusnya menemuiku adalah Ikhwan yang selama ini tergambar di pikiranku, tapi kenapa laki-laki ini lagi yang datang menemuiku? “Laki-laki yang tempo lalu mengantarkan sebuah kitab titipan Ikhwan kepadaku. Aku memanggil ayah dan menginterupsikan untuk menemui laki-laki itu. Ayah segera menemuinya sementara aku lebih memilih untuk mendengarkan pembicaraan mereka dari dalam. Selang beberapa menit pembicaraan mereka berlangsung, kakakku yang ada di dalam bersamaku, menyuruhku untuk menemui laki-laki itu bersama Ayah yang terlebih dahulu menemuinya. Terpaksa aku keluar juga, aku duduk di samping ayah dan mendengarkan pembicaraan mereka. Setelah mendengar jawaban dan penjelasan laki-laki itu atas pertanyaan ayah, serasa kepala mau pecah, kesal bercampur malu menjadi satu.

Diam dan berusaha tenang yang hanya bisa ku lakukan saat itu. Kesimpulan dari jawaban laki-laki itu dan apa yang dijelaskannya kepadaku dan ayah adalah sebenarnya dialah Ikhwan yang selama ini menjalin hubungan denganku, bahwa dia bukanlah apa yang selama ini diceritakannya kepadaku, bahkan identitas sang Ikhwan yang selama ini aku tahu bukanlah identitas yang sebenarnya, identitas keluarganya yang diceritakan selama ini kepadaku bukanlah identitas yang sesungguhnya, bahkan beberapa cerita tentang aktivitasnya sehari-hari adalah bentuk rekayasa yang dibuatnya juga, foto-foto yang terlampir di belantara facebooknya adalah foto hasil smart-editing yang menjadikan gambar dirinya dalam foto tersebut sangat berbeda jauh lebih bagus dengan tampak aslinya. Dengan gamblangnya dia menjelaskan satu hal di hadapan aku dan ayah, bahwa awalnya dia hanya menjadikanku bahan eksperimen dan penelitian cintanya, namun tak menutup kenyataan bahwa pada akhirnya Sang Ikhwan juga terperangkap dalam permainan cintanya sendiri. Dia mencintaiku, dan berharap bisa melanjutkan hubungan denganku.

Mengetahui hal itu, keluargaku merasa terhina dengan apa yang dilakukannya padaku, tanpa kompromi lagi sudah jelas keluargaku tak sedikit pun merestui hubungan yang ku jalani bersamanya. Sembari menutup kekesalan, kekecewaan dan rasa malu-ku kepada orang tua dan keluarga besarku yang sebelumnya sudah mendengar kabar angin bahwa aku akan segera menikah, aku mencoba menghubungi Sang Ikhwan dan meminta penjelasan yang lebih luas tentang apa yang selama ini dia lakukan kepadaku, dengan menampilkan sikap baik seperti saat sebelum ku bertemu dengan dia, yang mencintai dia dan menghargai setiap apa yang dia katakan kepadaku. Dan ternyata penjelasan yang sama seperti yang dijelaskannya waktu dia ke rumahku yang aku dapatkan dari mulutnya lewat telepon.

 Ahh… aku tak percaya, seperti mimpi rasanya. Aku termenung dalam kekecewaanku, hari-hari ku lewati dengan penuh kebimbangan, dan rasa sakit yang mendera jiwa, ingin meninggalkan kisah kelam ini namun aku menyadari bahwa sedikit aku mencintainya namun banyak kenangan yang telah aku lalui bersamanya, aku telah terbiasa berkomunikasi dan aneh dirasa jika sehari saja tak mendengar suaranya dia pun merasakan hal yang demikian, dia sangat mencintaiku, cinta pertamanya adalah aku dan berharap kelak aku bisa menjadi istri baginya.

Namun melihat situasi dan kondisi keluargaku yang tak lagi sedikit pun memberi restu, rasanya tidak mungkin hubungan ini bisa dilanjutkan, Sang Ikhwan-pun penuh kebimbangan, di satu sisi dia sangat mencintai aku dan ingin mempertahankan hubungan yang telah berlangsung ini, tapi di sisi lain restu dari keluargaku sudah tak mungkin lagi didapatkan akibat ulahnya sendiri. Sementara, aku rapuh di atas kekecewaan terhadap apa yang telah dilakukannya padaku selama ini, pikiranku semakin kacau tidak karuan, suka merenung dan menangis seketika. Di tengah ketermenungan, aku mencoba menghibur diri dan log in ke Facebook-ku, barangkali banyak postingan yang bisa memotivasi diriku yang sedang dalam keterpurukan, ku buka dan ku dapatkan Message dari seorang Akhwat yang sedikit banyak memberikan motivasi dan banyak pelajaran berharga.

“Assalamu’alaikum Ukhti…”

Bagaimana kabar imanmu hari ini? Semoga hatimu masih dalam tuntunan dan Rahmat-Nya.
Ukht… Jika kamu selalu murung dan menyesali apa yang tengah melandamu saat ini, mungkinkah kamu bisa saja disebut sebagai hamba-Nya yang kurang bersyukur???

Ukhti… engkau adalah gadis belia yang cantik dan manis, keinginanmu untuk menikah adalah atas izinnya, tapi satu hal yang selalu kita lupa ukht… apa yang menjadi Izin-Nya tak berarti menjadi Ridho-Nya. Jangan ukhti… jangan engkau selalu meratapi dan menyesali apa yang telah berlaku dalam hidupmu, Allah punya rencana indah di atas rencana. Apa yang kamu alami sudah menjadi Rencana-Nya, dan di atas Rencana-Nya, Allah mempunyai Rencana lain untukmu ukhti. Sadarilah bahwa Allah Subhaanahu wa ta’ala adalah sebaik-baiknya Dzat Perencana.

“Dan berencanalah kalian, Allah membuat rencana. Dan Allah sebaik-baik perencana.” (Ali Imran: 54)
Cinta memang terkadang membuat kita lupa akan Kebesaran-Nya, taukah kau ukhti…

Cinta yang Hakiki adalah cinta karena-Nya, jika cinta dalam hatimu datang semata-mata karena-Nya, engkau pun harus ikhlas meninggalkan cinta semata-mata karena-Nya. Cinta yang suci itu cinta yang tak pernah tersentuh oleh “cinta” sebelum cinta itu menjadi kehalalan bagi penikmatnya, sekalipun cinta itu hanya ada dalam kata-kata.  Bisa jadi apa yang engkau alami saat ini adalah sebuah teguran sebagai bentuk rasa Cinta-Nya terhadapmu Ukhti. Mungkin selama ini engkau lupa bahwa apa yang kau jalani bersama seseorang yang engkau kagumi bukanlah sebuah tindakan yang di-Ridhai-Nya. Dan Allah sedang memberikan Petunjuk-Nya kepadamu…

“Maka Allah menyesatkan kepada siapa saja yang Dia kehendaki, dan memberikan petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki… (QS. Ibrahim: 4)

Ukhti mungkin engkau akan bertanya-tanya atas ujian yang melanda hatimu saat ini. Kenapa engkau diuji?? Allah telah menjawab dalam Al-Qur’an ukht:  “Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan saja mengatakan; “Kami telah beriman,” sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang yang benar dan, sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” – (QS. Al-Ankabut ayat 2-3)

Dan jika engkau bertanya: Mengapa aku tak dapat apa yang aku idam-idamkan?

Allah juga telah menjawab dalam Al-Qur’an: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” – (QS Al-Baqarah ayat 216)

Sungguh Maha Benar Allah atas segala Firman-Nya. Bersyukurlah ukhti, karena itu kunci pembuka Rahmat-Nya, Allah sedang mengetuk hatimu, lihatlah bagaimana Allah sangat mencintaimu ukht, Allah sedang memanggilmu untuk segera kembali ke jalan yang di-Ridhai-Nya.

Ukhti… sungguh aku mencintaimu karena Allah…
Aku menorehkan pesan ini kepadamu karena Allah
Aku melihat keberadaanmu karena Allah…
Dan kita dipertemukan karena Allah, Insya Allah…

“Wassalamu’alaiki yaa Ukhti”
Tersentak air mataku bercucuran dan hatiku luluh dalam tangisan, haru dan bahagia yang kurasa saat itu, membaca inboxnya hatiku seperti ditiupkan nyawa kembali.

Ya… dia adalah rekan kerjaku, seorang akhwat yang lemah lembut, pintar, sopan, berjilbab lebar, dan setiap apa yang dikatakannya mampu menenangkan hati pendengarnya, sungguh beliau salah satu cerminan Akhwat sejati. Memang, sejak awal lingkungan tempat kerjaku adalah tempat yang mampu memberikanku banyak hikmah di dalamnya, mulai dari aku yang belajar memperbaiki pakaianku, yang biasanya jilbab setengah-setengah mulai ku labuhkan jilbab lebar, itulah jilbab syar’i, kemudian aku yang mulai menyadari urgensi tarbiyah bagi muslimah sampai pada ukhuwah islamiyah yang mendarah daging. Subhaanallaah. Serasa, Aku ingin mencintainya karena Allah, dan aku ingin seperti dia karena Allah. Aku bangkit dan aku harus berubah, semangatku membara. Pada hari itu juga ku putuskan untuk tidak melanjutkan hubungan terlarang dengan Ikhwan tersebut yang telah berlangsung kurang lebih 6 bulan lamanya, ku hubungi kembali Sang Ikhwan dan ku katakana padanya bahwa aku ingin mengakhiri hubungan terlarang ini. Marah, kesal, dan emosi bercampur kata-kata kasar yang justru Ikhwan itu lontarkan kepadaku, hinaan bahkan cacian si Ikhwan ditimpa padaku saat aku memutuskan hubungan terlarang itu.

Ya… sepertinya dia belum bisa menerima keputusananku, jiwanya tak terkontrol sementara marah menjadi raja atas dirinya ketika aku memutuskannya, semua aku lakukan karena aku baru menyadari bahwa hubungan yang selama ini aku jalani bukanlah cinta layaknya serial cinta Ali dan Fathimah, apa yang ku jalani bukanlah kesucian cinta yang menjadi fitrah dari Allah Ta’ala, justru kecelakaan cinta namanya. Sakit memang sakit mendengar kata-kata kasar yang keluar dari mulut Sang Ikhwan, namun jiwaku mungkin akan lebih sakit jika masih ku jalani hubungan terlarang itu dengannya. Hanya bait-bait doa mengharap ampunan-Nya yang mampu ku tuturkan kala kegoncangan jiwa itu melanda “Yaa Rabb, Cinta yang datang semata-mata karena-Mu, cinta itu juga akan pergi semata-mata karena-Mu, maka berikanlah aku keikhlasan dalam menerima datang dan perginya cinta yang Engkau fitrahkan pada setiap diri manusia. Dan sisi-kan-lah aku dalam penjagaan-Mu siang maupun malam ketika cinta itu datang dan pergi seketika. Hanya kepada-Mu aku berserah diri yaa Rabb….

Semoga bermanfaat dan silahkan saling berbagi sesama teman yach.....salam silaturahmi dari ana selalu....^_^
by:shalsyabela


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/02/19002/cinta-taaruf-mu-salah-langkah/#ixzz1v7MPhjsd

Ada-ada saja






                                               * Kau ini ada-ada saja…*~


Harta dan tahta kau anggap segalanya
Tanpa berfikir suatu saat ia akan tiada
Mudahnya hatimu terpaut keindahannya
Melupakan istri, anak, saudara karenanya
Kau ini ada-ada saja…

Setiap kali datang seruanNya tak kau
hiraukan
Siang malam bekerja tak kenal aturan Tuhan
Ketika datang berbagai macam cobaan dan
ujian
Kau memohon kepadaNya pertolongan dan
perlindungan
Kau ini ada-ada saja…

Kalau berteman inginnya disapa dan dipuja
Kalau berkata inginnya didengar dan
diterima
Sementara kau acuh dan tak peduli antar
sesama
Menganggap remeh dan rendah perkataan
mereka
Kau ini ada-ada saja…

Tak henti-hentinya membicarakan aib orang
lain
Mencari kesalahan dan kekurangan orang
lain
Sedang kau lupa akan kejelekan akhlak dan
budimu
Mengerjakan hal yang keliru tapi kau tak
mau tau
Kau ini ada-ada saja…

Bagaimana orang lain akan menyanjungmu
Bagaimana orang lain akan menghormatimu
Sementara hatimu keras dan beku laksana
batu
Tak kenal sopan santun dan tak tau malu
Kau ini ada-ada saja...


Ketika azab dan siksa kubur menghampirimu
Di saat hewan-hewan datang memakan
tubuhmu
Kau menangis penuh iba meminta belas
kasihNya
Agar Tuhan berkehendak mengembalikan ke
dunia
Kau ini ada-ada saja…

Sudah tau di dalam kubur tidak ada siapa-
siapa
Kecuali amal perbuatan yang menemaninya
Kau malah minta sepotong roti dan mentega
Untuk sarapan pagimu di alam sana…
Dasar kau ini ada-ada saja…

Membuka Pintu Rizki





                                           Membuka Pintu Rizki
                                       ====================


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Allah SWT telah menyiapkan segala
kebutuhan manusia; bahkan semua
kebutuhan makhluk-Nya. Tidak ada satu
pun makhluk kecuali telah Allah siapkan
dan Allah sediakan apa yang menjadi
keperluan dan kebutuhan hidupnya.

Yang
diperlukan adalah upaya dan usaha untuk
menjemput rezeki tersebut dengan cara
yang Dia gariskan. Dalam hal ini Allah telah
menggariskan sejumlah pintu bagi manusia
untuk memperoleh rezeki yang halal dan
berkah.

Seorang Muslim tidak boleh berdiam diri,
berpangku tangan, dan ongkang-ongkang
kaki. Tidak boleh dengan alasan ingin fokus
beribadah ia malas bekerja dan mencari
nafkah untuk keluarganya. Tidak boleh pula
dengan alasan tawakal ia hanya berdiam
diri menunggu datangnya rezeki.
Allah menjamin rezeki makhluk; apalagi
rezeki manusia. Hanya saja, Allah juga telah
mewajibkan manusia untuk bekerja dan
berupaya memburunya. Meminta-minta dan
mengemis kepada orang, sementara diri
masih kuat dan mampu bekerja adalah aib
yang sangat dicela dalam agama.
Sebaliknya, siapa yang mau bekerja dan
mempergunakan potensi yang Allah berikan
padanya, ia akan mendapat apresiasi di
sisi-Nya.

“Siapa yang mencari nafkah halal guna
menjaga dirinya dari meminta-minta, guna
memenuhi kebutuhan keluarga, serta guna
berbagi dengan tetangga, maka ia datang
pada hari kiamat dengan wajah laksana
bulan di malam purnama.” (HR Thabrani).

Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan
kepada siapa pun yang ingin menunjukkan
tawakalnya kepada Allah dengan melihat
pada burung yang terbang berusaha untuk
mendapatkan rezeki-Nya. “Andaikan kalian
bertawakal kepada Allah secara benar,
tentu Dia akan memberikan rezeki kepada
kalian sebagaimana Dia memberikan rezeki
kepada burung. Burung pergi (terbang) di
waktu pagi dalam kondisi perut kosong dan
kembali dengan perut yang kenyang.” (HR
Tirmidzi).
Beriman dan bertakwa kepada Allah dengan
melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya. “Andaikan penduduk negeri
beriman dan bertakwa, tentu Kami bukakan
untuk mereka pintu-pintu keberkahan dari
langit dan bumi.” (QS al-A’raf: 96). Allah
juga befirman dalam QS ath-Thalaq: 3.
Selanjutnya beristighfar.

Cara yang mudah,
namun membutuhkan keyakinan dan
keimanan yang kuat adalah beristighfar dan
meminta ampunan-Nya. “Maka, aku katakan
kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada
Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha
Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan
hujan kepadamu dengan lebat. Dia akan
membanyakkan harta dan anak-anakmu.
Serta Dia akan menghadirkan untukmu
kebun-kebun dan sungai-sungai.” (QS Nuh:
10-12).

Kemudian, memperbanyak sedekah.
Bersedekah tidak akan mengurangi harta,
sebaliknya ia akan bertambah. Karena, yang
demikian itu akan menjaga dan memancing
turunnya rezeki Allah. “Tidak berkurang
harta karena sedekah.” (HR Tirmidzi).

Berikutnya adalah bersilaturahim. “Siapa
yang ingin dilapangkan rezekinya dan
dipanjangkan (diberkahi) usianya,
hendaknya menyambung tali
silaturahim.” (HR Muslim).

Dan yang
terakhir adalah memperbanyak doa kepada
Allah. Doa adalah senjata orang beriman.
Manusia adalah makhluk yang terbatas dan
Allah yang memiliki kekuasaan Maha luas.


Dengan berdoa maka itu menunjukkan
kelemahan kita untuk meminta pertolongan
kepada Allah.