Kamis, 03 Mei 2012

Perbedaan ujian & azab






Perbedaan ujian & azab
=========+=====+=========

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Mungkin ada dari kita yang bertanya-tanya,
bagaimana membedakan antara ujian dan
azab?

Musibah atau bencana yang menimpa
orang yang beriman yang tidak lalai dari
keimanannya, sifatnya adalah ujian dan
cobaan. Allah ingin melihat bukti keimanan
dan kesabaran kita. Jika kita bisa menyikapi
dengan benar, dan mengembalikan
semuanya kepada Allah, maka Allah akan
memberikan pertolongan dan rahmat
sesudah musibah atau bencana tersebut.

Sebaliknya bagi orang-orang yang
bergelimang dosa dan kemaksiatan,
bencana atau musibah yang menimpa, itu
adalah siksa atau azab dari Allah atas dosa-
dosa mereka. Apabila ada orang yang
hidupnya bergelimang kejahatan dan
kemaksiatan, tetapi lolos dari bencana/
musibah, maka Allah sedang menyiapkan
bencana yang lebih dahsyat untuknya, atau
bisa jadi ini merupakan siksa atau azab
yang ditangguhkan, yang kelak di akhirat-
lah balasan atas segala dosa dan kejahatan
serta maksiat yang dilakukannya.
Sebenarnya yang terpenting bukan
musibahnya, tetapi apa alasan Allah
menimpakan musibah itu kepada kita.
Untuk di ingat, jika musibah itu terjadi,
disebabkan dosa-dosa kita, maka segera-
lah bertobat kepada Allah. Kalau musibah
yang terjadi karena ujian keimanan kita,
maka kuatkan iman dan berpegang
teguhlah kepada Allah.

Siapa saja berbuat kebaikan, maka
manfaatnya akan kembali kepadanya.
Sedangkan siapa saja berbuat kejahatan,
maka bencananya juga akan kembali kepada
dirinya sendiri. Bisa dibalas didunia atau di
akhirat.
Perhatikan firman allah SWT berikut ini :
”Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat,
maka dia tidak akan dibalas melainkan
sebanding dengan kejahatan itu. Dan
barangsiapa mengerjakan amal yang saleh
baik laki-laki maupun perempuan sedang ia
dalam keadaan beriman, maka mereka akan
masuk surga, mereka diberi rezki di
dalamnya tanpa hisab”. (QS. Al Mukmin
[40] : 40).

Perhatikan juga dengan seksama firman
Allah SWT berikut ini : “Apa saja nikmat
yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan
apa saja bencana yang menimpamu, maka
dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami
mengutusmu menjadi Rasul kepada
segenap manusia. Dan cukuplah Allah
menjadi saksi.” (QS. An Nissa [4] : 79)

Ibnu Katsir mengatakan bahwa makna “Apa
saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari
Allah” adalah dari karunia dan kasih sayang
Allah SWT. Sedangkan makna “dan apa saja
bencana yang menimpamu, maka dari
(kesalahan) dirimu sendiri.” Berarti dari
dirimu sendiri dan dari perbuatanmu
sendiri.
Berikut beberapa contoh :

1. Musibah bisa jadi sebagai peringatan
Musibah ini diberikan kepada kaum
mukmin yang merosot keimanannya.
Peringatan ini karena kasih sayang Allah
SWT. Misalnya seseorang yang berada
dalam kesempitan rezki. Kemudian ia
bermunajat di malam hari agar Allah
memberikannya keluasan rezeki. Shalat
tahajjud, shalat Dhuha, puasa sunah senin
kamis dan perbaikan ibadah lainnya dengan
semaksimal mungkin. Hingga Allah SWT
memberikan jalan keluar. Bisnisnya
berkembang, karyawan bertambah,
kesibukan semakin meningkat. Tapi justru
dikarenaka sibuknya satu persatu ibadah
sunahnya mulai ia tinggalkan. Shalat-
shalatnya pun semakin tidak khusyu�.

Seharusnya bertambahnya nikmat,
membuat ia bertambah syukur dan semakin
dekat dengan Allah, tetapi yang terjadi
adalah sebaliknya, nikmat bertambah malah
membuatnya semakin jauh dari Allah.
Orang ini sebenarnya sedang mengundang
datangnya musibah,atau azab Allah .
Musibah yang datang kepadanya sebagai
peringatan untuk meningkatkan kembali
keimanannya yang merosot itu. Bisa saja
terjadi tiba-tiba usahanya macet dan
banyak mengalami kerugian. Akibatnya ia
terlilit hutang. Dalam keadaan bangkrut tadi
tidak ada yang mau menolongnya. Ketika
itulah ia kembali kepada Allah untuk
memohon pertolongan dengan cara
memperbaiki ibadah-ibadahnya yang
selama ini sudah tidak ia perhatikan lagi.
Tercapailah tujuan musibah yaitu
pemberi peringatan.
Musibah juga bisa sebagai penggugur
dosa-dosa kita.

Perhatikan sabda
Rasulullah saw berikut ini: “Tak seorang
muslim pun yang ditimpa gangguan semisal
tusukan duri atau yang lebih berat
daripadanya, melainkan dengan ujian itu
Allah menghapuskan perbuatan buruknya
serta menggugurkan dosa-dosanya
sebagaimana pohon kayu yang
menggugurkan daun-daunnya.” (HR
Bukhari dan Muslim).

Perhatikan dengan seksama firman Allah
SWT berikut ini : “Dan Sesungguhnya kami
merasakan kepada mereka sebahagian azab
yang dekat (di dunia) sebelum azab yang
lebih besar (di akhirat), Mudah-mudahan
mereka kembali (ke jalan yang benar) .” (QS.
As Sajdah : 21)
Jadi sebenarnya, Allah SWT menurunkan
musibah atau azab pada kita di dunia ini,
sebagai peringatan bagi kita, untuk kembali
pada kebenaran.

2 Musibah sebagai ujian keimanan
Musibah ini adalah tanda kecintaan Allah
SWT pada seseorang hamba. Semakin tinggi
derajat keimanan dan kekuatan agama
seseorang justru ujian (musibah) yang
menimpanya akan semakin berat.

Perhatikan sabda Nabi SAW berikut
ini : Dari Mush�ab bin Sa�d dari
ayahnya. Ayahnya berkata: Aku bertanya
kepada Rasulullah SAW," Manusia manakah
yang paling berat ujiannya?" Rasulullah
SAW menjawab," Para Nabi, kemudian
disusul yang derajatnya seperti mereka, lalu
yang di bawahnya lagi. Seseorang diuji
sesuai keadaan agamanya. Jika agamanya
itu kokoh maka diperberatlah ujiannya. Jika
agamanya itu lemah maka ujiannya pun
disesuaikan dengan agamanya. Senantiasa
ujian menimpa seorang hamba hingga ia
berjalan di muka bumi tanpa dosa sedikit
pun." (HR. al-Ahmad, al-Tirmidzi dan Ibn
Majah,berkata al-Tirmidzi: hadits hasan
shahih)

Sedangkan bala atau cobaan maupun ujian
juga telah disebutkan didalam Al Qur’an
seperti tertulis dalam firman Allah
SWT : “Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Kami akan menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan sebagai
cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan
hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan.” (QS. Al Anbiya [21] : 35)

Cobaan atau ujian yang menimpa setiap
orang dan ini bisa berupa keburukan atau
kebaikan, kesenangan atau kesengsaraan,
sebagaimana disebutkan pula didalam
firman-Nya yang lain yaitu : “ Dan Kami
bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi
beberapa golongan; di antaranya ada
orang-orang yang saleh dan di antaranya
ada yang tidak demikian. Dan Kami coba
mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan
(bencana) yang buruk-buruk, agar mereka
kembali (kepada kebenaran) (QS. Al
A’raf [7] : 168).

Sekarang coba tanyakan dengan jujur
pada diri sendiri, bagaimana keimanan
kita terhadap Allah SWT ?

Apabila kita
termasuk orang yang lalai, maka
jawaban atas musibah yang menimpa,
adalah sebagai azab dan peringatan atas
kelalaian kita, agar kita sadar dari
kelalain kita selama ini. Dan segeralah
bertobat.

Dan kalau kita bukan hamba-Nya yang
lalai, maka segala ujian yang terjadi
menimpa kita, adalah sebagai suatu
ujian, dimana dengan ujian itu, Allah
telah menyiapkan tingkat keimanan
yang lebih tinggi untuk kita. Seperti
menjadikan kita hamba pilihan-Nya yang
sabar.

Dan pahala orang yang sabar
sungguh tanpa batas. Seperti tertulis dalam
firman-Nya : “…..Sesungguhnya hanya
orang-orang yang bersabarlah yang
dicukupkan pahala mereka tanpa batas (Az
Zumar [39] : 10)

Dengan kesabaran, akan
bisa meraih ridha Allah, dan ridha Allah
adalah segalanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar