Pagi berbisik padaku tentang melodi dunia yang mengalun
indah, mengantarkan ayat-ayat kebenaran kepada jiwa-jiwa
yang melapangkan dadanya untuk berpikir dan merasa.
Sekian tawa renyah timbul tenggelam iringi fase kehidupan
yang suatu saat nanti berhenti pada puncak dan tepinya.
Angin tak pantas obati lara sementara ruh di dalamnya
hanya seperca kain hitam dalam belanga yang pekatnya tak
lagi mampu ditembus oleh cahaya.
Aku susuri pantai ini, merasakan lembutnya pasir dan
deburan ombak yang mengingatkan pada hari yang pasti
kedatangannya.
Apakah kita baru akan menyadari ketika nafas hanya tinggal
hitungan-hitungan yang seolah tak berarti?
Bahkan rasi gemintang pun tak pernah berhenti
mengagungkan nama Tuhannya. Tuhan yang satu, yang
tiada sekutu atasnya. Masihkah timbul keraguan di hatimu?
Lalu siapakah tempat bersandar selain Dia?
Aku hanya ingin mendekati-Mu, seperti lompatan elektron
yang melesat cepat buyarkan ikatan yang mengekang erat.
Aku hanya ingin mendekati-Mu, seperti degup jantung yang
selalu temani setiap hembusan nafas hidupku.
Aku hanya ingin mendekati-Mu, seperti dua hati yang selalu
ingin mengadu.
Aku hanya ingin mendekati-Mu, menenggelamkan segala
macam fatamorgana.
Aku… hanya ingin dekat dengan-Mu. Bersama-Mu, hanya
untuk-Mu.
hamba yang dhoif___________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar