Ooh indahnya Zakat di
awal waktu…!
======================================
Satu tahun yang lalu, penulis pernah
menjadi Relawan Gerai Konsultant Zakat
selama bulan Ramadhan di salah satu
perusahaan yang ada di Ibu Kota
Indonesia. Pada waktu itu penulis kerja
keras menawarkan kepada setiap para
Muzakki baik itu Karyawan atau
Pengunjung perusahaan untuk
menunaikan zakat di awal waktu mulai
dari hari pertama bekerja sampai H-2 Hari
Raya Iedul Fitri tiba penulis tetap
bersemangat menawarkan Zakat, dan juga
melayani konsultasi zakat, “maaf pak, bu…
barang kali ingin segera menunaikan
Zakatnya, atau mungkin mau konsultasi
saja mari silakan datang ke Gerai saya”,
kata penulis sambil memberikan
senyumnya yang paling tulus.
Berbagai jawaban sangat beragam, ada
yang menanggapi dengan mengangkat alis
dan bahunya lalu pergi tanpa berucap
sepatah katapun, tetapi banyak juga yang
menjawab tawaran si Konsultant Zakat
yang sabar itu.
“Oya Mba nanti ya…masih di sini kan?”
“Aduuhh…Mbak Ramadhan kan masih
lama habisnya. “
“Saya belum hitung-hitung tabungan saya
Mba…kan harus dikurangi sama
kebutuhan dan hutang Mba…”
“Nanti dehhh Mba minggu ke tiga saya
kasih sendiri sama orang Miskinnya! Mba
tenang aja yaaaa.”
Begitulah jawaban para Muzakki untuk
menghindari tawaran penulis.
Jawaban si Konsultan Zakat juga sangat
beragam, ketika ada pertanyaan balik,
salah satu jawaban yang sering terlontar
dari lisan penulis adalah “ Mba, Bu, Pak…
Zakat itu sebaiknya tidak di tunda-tunda
karena kita tidak tahu apakah Allah masih
berkenan memberikan kesempatan hidup
buat kita besok,” jawaban ini penulis
sesuaikan dengan Kalam Allah Azza
Wajalla, “Setiap jiwa pasti akan merasakan
mati….” Demikian penggalan QS. Ali
Imran: 185). Jawaban lain “Zakat di awal
waktu menjadikan Masyarakat mustahikin
merasakan manfaat atau kebahagiaan di
bulan Ramadhan di awal waktu,”
jawaban
ini sebagai contoh, zakat fitrah itu mulai
diwajibkan pada terbenam matahari
malam Idul Fithri, akan tetapi boleh ditakjil
(menyegerakan) sejak mulai bulan
Ramadhan.
“Sebaiknya Zakatnya itu di serahkan
kepada lembaga resmi, jangan langsung
kepada Kaum Mustahiknya, karena kalau
lembaga Insya Allah bisa lebih baik
dengan adanya follow up bagaimana
caranya supaya mustahik bisa menjadi
para muzakki penunai zakat seperti Bapak
dan Ibu ini, tidak harus berzakat di
tempat saya, boleh di lembaga lainnya
asalkan Zakat tetap harus di segerakan, itu
saran saya aja.” Jawaban penulis yang lain
sesuai dengan kisah “baitul maal” nama
sebuah lembaga zakat di zaman
Rasulullah SAW, yang mana Sistem
pengelolaan baitul mal pada waktu itu
masih sangat sederhana tidak seperti
lembaga-lembaga zakat di zaman
sekarang yang sudah ada kantor resmi,
surat menyurat, dokumentasi, internet dan
lain-lain. Setelah itu pengelolaan zakat di
perbaiki pada zaman para Khulafaur
Rosidin, sedangkan di zaman sekarang ini
sistem lembaga zakat sudah sangat baik
adanya dari hasil mengamati, meniru dan
memodifikasi dari zaman Rasulullah dan
para Sahabatnya.
Satu minggu puasa Ramadhan telah
berlalu, penulis masih sangat tekun
menjaga Gerai zakat sekaligus menjadi
Konsultant Zakat di perusahaan itu bagi
para Muzakki yang di berkahi Allah SWT.
Sekitar Jam 06.00 pagi penulis berangkat
dari tempat tinggalnya untuk menghindari
macet yang seperti Monster menyeramkan
sedang merayap di jalanan, akhirnya tepat
jam 07.30 pagi penulis sudah sampai di
lokasi dan langsung menuju Gerai zakat
untuk menata news letter, brosur dan lain-
lain di meja, setelah itu duduk rapi di
belakang gerai. Tiba-tiba ketika mata si
penulis sedang melihat-lihat kearah setiap
sudut perusahaan itu, mendapati sekitar
tujuh kursi yang berderet rapi di ruang
tunggu, kursi kedua dari sebelah kanan
penulis melihat diduduki seorang laki-laki
paruh baya yang mengenakan pakaian
lengkap layaknya seorang direktur dengan
jas hitam dan dasinya, dia sangat terlihat
kaya sekali dan tidak terlihat seorang
Karyawan biasa.
Penulis tak henti-
hentinya mengingat-ingat siapakah Bapak
paruh baya itu? Alhamdulillah akhirnya
penulis mengingatnya, ternyata Bapak itu
pernah di sapa oleh penulis dan ditawari
untuk segera menunaikan zakat pada hari
kedua puasa Ramadhan. Tatkala itu dia
membantah bahwa “kesempatan masih
banyak karena kita sering ketemu,” lalu
kemudian penulis menyanggah, “siapa
yang bisa menjamin umur kita masih di
perpanjang oleh Allah SWT Pak…?”
Akhirnya penulis tersenyum lagi kearah
laki-laki paruh baya itu, Alhamdulillah
senyuman itu di balas sambil berdiri dan
menghampiri Gerai.
“Saya sudah menunggu Mba mulai tadi,
Mba saya mau menunaikan Zakat
sekarang,” kata Bapak itu
“Oya Pak silakan…maaf pak dengan Bapak
siapa?” jawab si penulis dengan senyuman
yang tulus. Sebut saja namanya si
(Dermawan)
“ Saya sudah menghitungnya semua, ini
Rp sekian; untuk zakat Profesi dan zakat
fitrah, di kantor sudah dipotong dan saya
juga sudah menyerahkan zakat Profesi
saya ke Lembaga yang lain, buat belanja
bareng anak Yatim Rp sekian; tolong Mba
nanti saya di informasikan kapan
dilaksanakannya saya butuh Doa dari
mereka para Yatim, agar Allah
memudahkan Operasi penyakit saya
(beliau tidak menyebutkan nama
penyakitnya) dua hari lagi saya mau
berangkat ke Singapore untuk menjalani
operasi itu, dan…terima kasih buat Mba
karena sudah mengingatkan saya untuk
menyegerakan dalam menunaikan zakat,
mohon maaf juga Mba saya sudah
bersikap meremehkan, penyakit saya ini
terdeteksi setelah dua hari puasa
Ramadhan empat hari yang lalu, penyakit
saya meresahkan saya jika sewaktu-waktu
saya belum menunaikan zakat terus Allah
mencabut kenikmatan yang ada dalam diri
saya…mohon doanya ya Mba, Insya Allah
sekarang sudah tenang karena salah satu
rukun Islam yang lima sudah terlaksana di
awal. “ kata Bapak itu, keterangannya
cukup detail sekali. Penulis menyerahkan
kwitansi untuk tandatangan penunaian
zakat dan infaq.
“Baik Pak nanti saya akan beritahukan
kepada yang punya tanggung jawab acara
ini, saya juga akan menginformasikan
kepada Bapak nanti, semoga operasinya
mudah dan sukses dan di berkahi oleh
Allah, Amin. Oya perbanyaklah shodaqoh,
semoga dengan shodaqoh semuanya
menjadi mudah dan bekal amal kelak di
akhirat. Oya Pak…mari saya doakan atas
penunaian zakat dan infaqnya (ajrokallah
fiimaa abqoita wa barokallah fiimaa
abqoita wa ja’alahu laka tohuron) Amin “
Saya harap rekan-rekan Muzakki atau
calon Muzakki atau rekan-rekan yang
masih Mustahik termasuk penulis sendiri
dapat mengambil hikmah dari percakapan
antara Amil zakat atau penulis dengan
Muzakki agar menunaikan zakat di awal
waktu dan tidak menunda-nunda zakat
karena sesungguhnya manusia memang
tidak bisa menjamin sampai kapan
umurnya bisa bertahan lebih lama lagi.
Ibarat kita punya utang puasa atau punya
utang uang kita sudah mengganti puasa
atau mengembalikan uang seperti yang
kita pinjam maka yang kita rasakan
perasaan tidak ada beban dalam hidup.
Jika kematian pun datang secara tiba-tiba
jiwa kita sudah tenang tidak ada
keresahan dalam diri karena kewajiban
menunaikan zakat sudah terlaksana.
Yang terakhir semoga Allah segera
menjadikan Muzakki atau penunai Zakat
Maal bagi para Mustahik atau Penerima
Zakat agar secepatnya mandiri dan
setelah itu menyegerakan penunaiannya di
awal waktu agar manfaatnya segera di
rasakan oleh para Mustahikin di awal
Ramadhan, seperti layaknya para Muzakki
yang merasakan kebahagiaan dari awal
Ramadhan. Jika di tanya oleh orang lain
tentang sudah menunaikan zakat apa
belum, jawabannya “Alhamdulillah saya
sudah menunaikannya.”
salam santun_____^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar