Kamis, 29 Maret 2012

Terpenjara Cinta



Terpenjara Cinta
----------------------------------------

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Ada rasa cinta yang membelenggu manusia terhadap ciptaan Allah. Seharusnya cinta itu diberikan hanya kepada Allah semata. Kalaupun kita mencintai ciptaan-Nya dalam rangka cinta kepada Allah. Artinya mencintai sesuatu karena Allah SWT.

Manusia diberikan rasa cinta dan keinginan seperti kepada wanita-wanita, anak-anak, harta berupa emas-perak-sawah ladang-bintang ternak dan perhiasan lainnya. Semuanya dijadikan indah dalam pandangan manusia. Namun dengan keindahan itu membuat manusia sering terjebak terhadap ciptaan Allah itu dan melupakan cinta yang sebenarnya.

QS. Ali ‘Imran (3) : 14.

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”

Allah mengatakan semua yang dinikmati oleh manusia di dunia ini merupakan kesenangan hidup. Rupanya manusia terpenjara dalam ego diri untuk memiliki ciptaan Allah. Banyak manusia yang tidak sadar bahwa ia sebenarnya terbelenggu dengan cinta dunia.

Jika manusia tidak menyadarinya maka ia bakal semakin terjebak. Lama kelamaan semakin lupa dan semakin jauh rasa cinta dari Sang Khaliq.

Dalam diri manusia sering muncul sifat-sifat kefasikan. Sifat-sifat ini tidak kita sadari sebagai penjara rasa cinta. Sehingga sering dianggap sebagai kewajaran dan biasa-bisa saja. Padahal ia merupakan suatu kezaliman. Memang Allah telah mengilhamkan kepada jiwa manusia sifat kefasikan dan ketaqwaan.

QS. Asy Syams (91) : 8.

“maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.”

Allah mengingatkan manusia bahwa ia telah menurunkan utusan berupa Rasul. Rasulullah saw tugasnya menyampaikan firman-firman Allah kepada manusia dan tidak akan mengikuti kemauan manusia.

Kenapa demikian? Sebab Kemauan manusia hanya mengikuti hawa nafsu saja, jika diikuti bakal timbul kerusakan dan kesusahan. Sedangkan ayat-ayat Allah bertujuan menjadikan kehidupan manusia menjadi lebih baik dan indah. Maka beruntunglah orang-orang yang diberikan rasa cinta di dalam hatinya, yaitu cinta pada keimanan dan benci pada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan.

QS. Al Hujuraat (49) : 7.

“Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu ‘cinta’ kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Kita harus segera membebaskan rasa cinta terhadap sesuatu ciptaan Allah dan segera beralih orientasi cinta kepada Allah semata. Cinta yang tidak tepat akan menutupi kebenaran dan memunculkan ego diri. Tentu akan berakhir dengan kesombongan, kecongkakan dan kebuasan. Jika demikian halnya, maka kehidupan kita bakal menjadi susah dan tersesat.

Pembebasan diri dari rasa dan sok kuasa, sok hebat, sok kaya dan sok-sok lainnya harus segera dilakukan. Agar kita terselamat dari bencana dan terbebas dari ruang penjara dunia.

Nabi Musa saja yang dikenal sebagai nabi yang berilmu tinggi, dengan mukjizat yang menakjubkan. Badannya tegap, fisik kuat, akal cerdas, dan memiliki mukjizat yang mengagumkan.

Namun demikian, beliau dianggap masih perlu menghilangkan salah satu sifat yang bisa membelenggu kedekatannya kepada Allah, yaitu perasaan memiliki ilmu yang tinggi.

Suatu ketika Nabi Musa berpidato di hadapan umatnya. Kemudian ada yang bertanya : siapakah yang memiliki ilmu yang paling tinggi diantara manusia? Nabi Musa menjawab, bahwa beliaulah orangnya. Karena ia telah memperoleh mukjizat dari Allah, bisa menundukkan Fir’aun, dan bisa berbicara langsung dengan Allah.

Maka turunlah perintah Allah kepada Nabi Musa agar beliau berguru kepada Khidir. Seorang hamba Allah yang hidup menyepi. Ia tidak suka menonjolkan diri, padahal mempunyai ilmu yang tinggi. Beliau telah mendapat derajat orang yang berhasil membebaskan diri dari rasa cinta kepada makhluk Allah. Sekaligus membuktikan cinta hanya kepada Allah.

Disanalah Nabi Musa mengetahui, ternyata ilmu Allah demikian luasnya. Apa yang telah dikuasai dan didapatkannya hanyalah sebagian kecil saja. Maka ia pun harus belajar dan berguru kepada Nabi Khidir.

Lalu bagaimana dengan kita? Apakah cinta kita sudah berorientasi kepada Allah? Bukankah cinta kita masih lebih besar kepada makhluk ciptaannya ketimbang cinta pada Allah? Buktinya kita masih berani melanggar perintah Allah dan mengikuti kemauan manusia. Padahal Rasulullah saw diturunkan Allah dalam rangka agar manusia menjalankan perintah-perintah dan meninggal semua larangan-Nya.

Semoga menjadi renungan bagi kita semua. Ternyata kita belum bisa membebaskan penjara cinta terhadap dunia. Abu Bakar ra. berpesan “Letakkanlah dunia itu di tanganmu dan jangan letakkan di hatimu”. Merupakan nasehat yang mendalam dan penuh arti bagi kehidupan ini. Saat menjelang pada salah satu peperang, Rasulullah saw bertanya kepada Abu Bakar ra : “Apa yang kamu tinggalkan untuk keluargamu?” Abu Bakar menjawab : “Aku tinggalkan bagi mereka Allah dan Rasululnya.”. Ia telah terbebas dari penjara cinta dunia.

Kita boleh saja mencintai dunia beserta isinya, tetapi dalam rangka cinta kepada Allah. Mudah-mudahan Allah memberikan kekuatan pada kita untuk selalu berorientasi cinta pada Allah sebagai penguasa Alam Semesta………..

Aamin.... Wallahu’alam.....salam santun ukhuah fillah....(^_^)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar