Sabtu, 21 April 2012

Untukmu Hawa





       ~~~~***~~ Sebuah Risalah Sederhana Untukmu, Kaum hawa ~~~***~~~



Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Perkembangan zaman semakin lama semakin menyeret keberadaan kaum muslim, khususnya muslimah kedalam gaya hidup yang terlalu moderat. Jika pada masa jahiliyyah keberadaan kaum perempuan dianggap sebagai suatu kehinaan sehingga ketika mereka masih bayi mereka dikubur hidup-hidup oleh orang tuanya sendiri, maka pada masa sekarang ini malah kaum perempuan itu sendiri yang mengubur diri mereka hidup-hidup. Gaya hidup yang semakin jauh dari tatanan syari’at Islam secara tidak langsung telah membuat kaum hawa mengubur jati diri mereka sebagai kaum muslimah yang dimuliakan dalam Islam. Padahal ummat Islam terdahulu telah bersusah payah memperjuangkan derajat kaum hawa dengan adanya syari’at Islam yang memuliakan para calon ibu ini. Sehingga pada akhirnya derajat kaum perempuan mendapatkan posisi yang sama dengan kaum adam dalam hal ketaqwaan kepada Allah.

Dengan keminiman ilmu agama dan keinginan mereka untuk disebut sebagai perempuan yang modis dan mengikuti alur gaya kehidupan yang modern, maka kaum perempuan berusaha semaksimal mungkin agar keinginannya itu dapat teraih meski mereka harus mengorbankan harga diri mereka sebagai seorang muslimah. Padahal mereka adalah kaum yang akan menjadi ibu dan melahirkan para generasi muda yang kelak akan menjadi perisai bagi ummat. Rasulullah SAW pernah bersabda bahwasanya kaum perempuan (ibu) itu adalah madrasah (sekolah) yang paling pertama bagi putra-putrinya. Bahkan Islam pun telah menjadikan derajat seorang ibu sebagai orang yang lebih dihormati daripada seorang ayah. Dalam sebuah hadits dinyatakan:

قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَنْ أَبُرُّ؟ قَالَ: أُمَّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمَّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمَّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أَبَاكَ. (رواه البخاري ومسلم).

Seorang laki-laki bertanya: “Wahai Rasulullah! Kepada siapakah aku berbakti?” Beliau menjawab: ”Ibumu” Ia bertanya lagi: “lalu kepada siapa?” beliau menjawab: “Ibumu.” kemudian ia bertanya lagi: “lalu kepada siapa ? beliau menjawab: “Ibumu” kemudian ia bertanya lagi “lalu kepada siapa ?” barulah

beliau berkata: “ayahmu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Hadits ini menjadi sebuah bukti bahwa posisi ibu tiga derajat lebih tinggi dari pada ayah. Hal ini dikarenakan begitu besarnya peranan seorang ibu bagi kehidupan seseorang.

Maka akhwat, jika keadaan para calon ibu saja sudah diperbudak oleh kesenangan duniawi dan jauh dari tatanan syari’at Islam, sudah terbayangkan generasi seperti apakah yang akan terlahir setelahnya. Na’udzubillah

Demi menjaga derajat kaum perempuan agar mereka tidak terjatuh kedalam limbah kenistaan, maka Allah membekali kaum hawa dengan dua sifat yang jika terus dipegang akan membuat mereka selamat baik itu di dunia maupun di akhirat kelak. Kedua sifat itu adalah, Al-Hasymah (bersikap malu) dan Al-Afaf (menjaga kesucian). Kedua sifat ini secara fitrah dimiliki oleh seluruh perempuan baik itu yang beriman maupun yang tidak beriman. Namun kemudian seiring dengan perkembangan zaman, sifat ini melebur sedikit demi sedikit sehingga hanya tersisa sebagian saja dari kaum perempuan yang dapat menjaga dan memelihara sifat fitrahnya ini. Hal ini diakibatkan karena minimnya ilmu yang mereka miliki sehingga mereka mau diperbudak oleh hawa nafsu. Perempuan yang mampu menjaga iffahnya akan terselamatkan dari belenggu kesenangan dunia yang memabukan. Namun tentu saja, untuk dapat menjaga dan mempertahankan kedua sifat ini dibutuhkan sebuah  perjuangan yang tidak mudah, khususnya di zaman modern seperti sekarang ini.

Orang-orang Yahudi melakukan berbagai cara untuk menghancurkan ummat Islam. Sebelum mereka dapat menghancurkan para generasi muda Islam, maka mereka berupaya untuk merusak moral para calon ibu yang akan melahirkan para generasi muda di masa yang akan datang. Seperti contoh dalam perkara hijab, mereka mulai menggembar-gemborkan berbagai model pakaian yang secara tidak langsung melenceng dari yang disyari’atkan Islam. Sudah pasti dengan model pakaian yang serba mini, sekarang ditambah lagi dengan model pakaian muslimah yang dibalut dengan gaya atau mode yang begitu moderat. Islam memang tidak melarang kaum perempuan untuk berhias dan berpakaian mengikuti mode, namun Islam melaknat kaum perempuan yang memakai pakaian tetapi pada hakikatnya mereka itu telanjang. Bahkan Rasulullah pun memberiakan ancaman bagi perempuan yang berpakaian tapi hakikatnya mereka itu telanjang dengan sabda beliau:

وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيْلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُؤُوْسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيْحَهَا.

“Dan wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang yang melenggak lenggok, kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk onta, mereka itu tidak akan masuk Syurga dan tidak mendapatkan baunya.” (HR. Muslim).

Akhwat,

Islam telah menempatkan posisi kaum perempuan pada kemuliaan. Allah pun banyak menurunkan firman-firman-Nya yang membahas tentang perempuan. Ini menjadi bukti bahwa posisi perempuan dalam Islam sangat diprioritaskan. Sehingga Allah menurunkan ayat-ayat khusus mengenai perempuan dengan pembahasan-pembahasan yang memang begitu sensitif. Maka akankah kita biarkan begitu saja tempat dan kemuliaan yang telah diladangkan Allah kepada kita dengan hidup jauh dari tatanan syari’at-Nya? Bukankah kaum hawa, dengan segala sifat yang mereka miliki diibaratkan seperti racun dan madu dunia? Mereka yang menjadi racun dunia adalah mereka yang hidup jauh dari tatanan syari’at Allah dan senantiasa berbuat maksiat sehingga kerusakanlah yang mereka akibatkan, sedangkan mereka yang menjadi madu dunia adalah mereka yang senantiasa menjaga iffahnya sebagai seorang muslimah sejati meski mereka berada di tengah-tengah zaman yang telah bobrok sekalipun. Jalan yang manakah yang hendak engkau pilih, saudariku? Ingatlah, bahwa sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan, dan perhiasan yang paling indah adalah perempuan shalehah. Maka, seberat apapu tantangan yang ditunjukan zaman, tetaplah berusaha untuk terus beristiqamah hidup dalam tatanan syari’at Islam. Meski begitu berat, tapi bukankah Allah telah memberikan begitu banyak jaminan dan kabar gembira bagi para hamba-Nya yang bersedia hidup dalam ketaqwaan? Yakinlah bahwa balasan dari-Nya akan begitu manis jika kita bertaqwa.

Akhir kata teruntuk para akhwat muslimah…

Perjuangan itu butuh sebuah pengorbanan, dan pengorbanan itu ‘kan lahirkan buah yang begitu manis jika kita bertaqwa kepada-Nya. Dimanapun engkau berada, jadilah engkau layaknya mutiara yang senantiasa pancarkan sinarnya meski berada di tengah-tengah kubangan lumur sekalipun…

Silahkan saling berbagi dalam bentuk tag dan saling bantu sesama teman yang membutuhkan tak lupa salam santun ana selalu tuk smua sahabat......^_^

by:shalsyabela________-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar